Browsed by
Category: Parenting

Anak sudah bosan di rumah kala pandemi? Ajak main di plays.org aja! 

Anak sudah bosan di rumah kala pandemi? Ajak main di plays.org aja! 

“Mama, Pica Kangen Sekolah..”

Ucap Pica menunduk hari itu. Tidak semangat untuk beraktivitas. Pasalnya, Pica bilang dunianya menjadi kotak setelah pandemi melanda. Pica baru mengerti bahwa di rumah kadang bisa mengalami kebosanan sedemikian. 

Saat begini, Pica jadi mulai bisa berempati denganku. Eh kok gitu? Iya, dulu Pica kira jadi Ibu Rumah Tangga itu nyaman karena kerjanya cuma di rumah. Ternyata, di rumah itu rentan banget mengalami namanya rasa bosan. 

“Ruang yang dieksplore itu-itu aja. Kamar, dapur, ruang keluarga. Gak ada teman. Dan gak ada main-main bareng kayak dulu lagi.. Kok bisa sih mama setiap hari gini dan gak kunjung bosan?”

“Ya udah, kita main bebikinan apalagi nih? Cari ide di youtube yuk. Atau Pica mau main apa nih?”

Ketika berbagai DIY di rumah sudah terasa membosankan

Hal yang aku lakukan jika sudah selesai dengan pekerjaan domestik dan PJJ biasanya adalah menonton video di youtube bareng Pica. Nah, video yang aku tonton itu biasanya beberapa kreasi mainan oleh para youtuber anak. Sejak awal pandemi, Pica memang lebih menyibukkan diri dengan berkreasi. Dari belajar menggambar, membuat squishy hingga karya-karya lainnya. 

Belakangan, kami juga ikut mencoba berbagai DIY dari mengikuti kegiatan di berbagai webinar. Mengikuti acara seru begini, kadang membuat anak merasa sensasi berbeda. Tapi, ketika acara sudah usai dan kreasi DIY sudah selesai dilakukan.. Rasa bosan itu datang lagi.

Ngapain lagi sekarang? Bikin apa lagi? 

Aku sih, sangat maklum ya jika Pica merasa hal demikian. Bukan tidak mau berkreasi lagi, tapi kadang manusia itu butuh semacam hiburan lain untuk mengusir rasa jenuh. Kadang rutinitas itu adalah pembunuh kreatifitas jika tidak segera menemukan jalan keluar. Maka, duh.. Musti ngapain ya? 

Sementata kondisi kan sedang begini? Varian delta dari covid 19 menyebar lebih cepat dari dugaan. Area kami yang tadinya hijau, berubah jadi merah kembali. Jadi, apa iya harus bawa anak main keluar rumah? 

Bahkan perkelahian antar saudara sering terjadi saat pandemi

“Ajak main sama Humaira aja win! Kan Pica punya adek. Jadi bisa diajak main di rumah aja”

Duh, kenyataannya.. Tidak semudah itu. Huhu. 

Kadang kala (sering bahkan) Pica itu suka bertengkar dengan adiknya. Aku tidak menyalahkan juga sih. Adiknya Humaira baru berumur 2 tahun. Yang mana saat itu memang sedang masa tantrum. Jadi, kadang Pica itu tidak salah loh. Humaira malah ngamuk-ngamuk saat dia dekatin. Jadi, kadang dua bersaudara ini bukannya bisa main bareng dengan akur. Malah layaknya tom and jerry. Selalu bertengkar. Sampai pusing aku dibuatnya. Huhu. 

Pernah suatu hari, keduanya aku ajak mewarnai di dinding kamar yang sudah aku tempelkan kertas lebar. Hasilnya? Alhamdulillah, selama 20 menit mereka damai. Tapi, gak lama kemudian mereka bertengkar lagi. Pasalnya, Hum mengamuk saat warna pink kesukaannya ada di tangan Pica. Duh, bukannya pewarnanya sudah dipisahkan satu sama lain. Huft.. 

Mereka berdua memang mirip dengan Tom and Jerry. 

Pica selalu protes kalau aku bilang demikian. Soalnya, saat dia bertanya, “Pica jadi Tom atau Jerry?”

Aku menjawab, “Pica itu Tom, Humaira yamg Jerry”

“Berarti Pica kalah terus dong.. Gak mau ah. Pica mau doraemon aja”

Ya, begitulah. Kadang memiliki dua anak itu tidak semudah yang dibayangkan. Tadinya bikin anak kedua supaya Pica tidak berasa lonely. Eh, ternyata jadi begini. Hahaha

Anak Main Game? Kenapa Tidak? 

Suatu ketika, aku keluar rumah bersama Pica dan Hum karena ada keperluan yang tidak bisa ditinggalkan. Kedua anak pun terpaksa aku bawa karena tidak tau harus menitipkan mereka kepada siapa. Lalu, saat mengantri kami bertiga berhadapan pada kakak-adek laki-laki yang sedang bermain game di depan kami. Umurnya bisa dibilang hampir sama dengan Pica dan Humaira. 

Aku menatap mereka berdua. Asik sekali. Si adek menyemangati, dan si kaka terlihat serius. Entahlah apa yang sedang mereka mainkan. Tidak berapa lama, si adek bertepuk tangan. Lalu mereka berdua kompak bersama. Sebuah pemandangan kontras dibanding realita kehidupan Pica dan Hum di rumah. Haha. 

“Anak laki-laki emang kompak sekali ya kalo lagi main game.” Ucapku kemudian kepada Pica. 

“Pica juga suka main game.” Jawab Pica kemudian. 

“Pica bisa gak main sama Hum dengan damai kayak mereka?”

“Gimana kalo kita coba aja Ma..”

Terdiam aku sebentar. Berpikir keras. Kira-kira game seperti apakah yang cocok mereka mainkan? 

Lalu, diriku yang lain langsung memberontak keras. 

“Win, anak umur segini jangan diajak-ajak main game. Nanti kecanduan.”

Akupun teringat pada sepupuku yang berbeda pulau disana. Dia yang umurnya sudah setua kakakku, pernah kecanduan game sejak kecil hingga dewasa. Sehingga di dunia nyata dia tidak bisa fokus dalam belajar. Hal itu membawa dampak ke masa depan. 

Tapi, disatu sisi aku melihat suamiku. Sang gamers sejati pada zamannya. Dia berkata padaku bahwa game lah yang membuatnya bisa menjadi programmer handal seperti sekarang. 

“Gamers terbiasa berpetualang pada tantangan demi tantangan. Ketika bosan dan stuck di dunia nyata. Game membawa semangat. Lalu memunculkan solusi saat stuck memecahkan kode program.” -Suamiku

Hingga kini, suamiku masih lah seorang gamer. Jika ia memiliki waktu luang, ia masih setia dengan gadget di tangannya. Serius memecahkan tantangan dalam game. Lantas bersemangat kemudian. Lalu, ia memberi saran padaku. 

“Tidak apa-apa memperkenalkan anak pada game. Sebatas untuk hiburan mereka. Siapa tau game tersebut bisa memercikan api semangat dalam mendorong mimpi mereka. Kita tidak tau bukan? Di era digital seperti sekarang, kadang memulai mimpi bisa dari game..”

Bermain di plays.org memupuk rasa kasih sayang Pica dan Humaira

Akupun mencoba memperkenalkan Pica pada situs game yang terlihat nyaman untuk dicoba. Namanya adalah plays.org

Ada berbagai macam jenis mainan disini. Jika terus scroll halaman websitenya kebawah maka akan terlihat katalog A-Z yang sangat banyak ragamnya. Anak tinggal memilih, dia sedang suka apa sekarang? 

Pertama kali mencoba, Pica langsung tertarik dengan game coloring. Maklum, selama ini Pica hanya mewarnai di kertas saja. Jadi, dia penasaran bagaimana mewarnai di game? 

Humaira pun antusias melihatnya. Ia yang memiliki hobi ekstrem ‘memecah crayon’ mulai excited melihat goresan warna bisa timbul di layar laptop. 

Sesuai kondisi, aku mencoba game Tom And Jerry Arts and Craft: Coloring & Art Game for Kids. Aku tersenyum licik. Kartun yang mirip dengan Pica dan Hum. Haha. 

Meski Pica kesal dengan pilihanku tapi ia menikmatinya. Apalagi, saat mencoba menghias cupcake. Wow, mereka berdua bersemangat. Pica membuat hiasan dan Humaira bertepuk tangan. Lantas mencoba membuat sprinkle di bagian atasnya. 

Aww.. Mereka senang sekali. Mereka lalu mencoba berbagai pilihan mewarnai lainnya. Hasilnya? Seru! 

Siapa sangka game di play.org bisa mendamaikan Tom and Jerry di rumahku? Memperkenalkan rasa kerjasama lalu memupuk kasih sayang kemudian. 

Bermain bisa menyalurkan hobi dan mengasah otak? Tentu! 

Bukan hanya game coloring yang sudah kami coba. Game dengan keyword cat juga sudah kami jelajahi. Dan ternyata seru juga bermain Playful Kitty Yarn Ball Rolling Logic Puzzle Game. 

Dari game ini anak bisa belajar strategi. Secara tidak langsung mereka sedang mengasah otak untuk berpikir sebuah solusi. Pica tak bosan terus mengulang misi saat gagal. Dan Humaira? Dia fokus pada ekspresi kucingnya. Apalagi saat gagal, dia tertawa terbahak-bahak. Dan jika misinya berhasil, ia ikut bertepuk tangan. Jadi, apa Pica kesal ditertawakan Humaira? Tidak, dia malah ikut tertawa. Haha. 

Humaira pun mulai mencoba level yang terkecil. Dan saat berhasil, ia girang sekali. Dalam dunia nyata ia mencoba memberikan bola kasti pada anak kucing di rumah kami. Menaruhnya di bagian perut. Berharap si kucing bisa senang. 

Dan, jika kedua anak sudah tertidur. Saatnya emak beraksi. Ngapain? Main juga dong. Haha

Karena melihat begitu banyak kategori pada game di plays.org maka aku merasa kangen dengan masa laluku. Ssst.. Aku juga seorang gamer loh saat masa kuliah dulu. Dulu, aku ikut game online di facebook dan memiliki komunitas sendiri dalam klan. Klan tersebut membawaku berkenalan dengan berbagai teman di dunia maya. Dan ya.. Game membuatku bersemangat! 

Aku ingin merasakan semangat itu kembali. 

Lalu aku iseng memainkan Be Cool Scooby Doo The Mysterious Mansion Hidden Objects. 

Permainan ini mengingatkanku pada masa kecilku. Kartun scooby doo adalah kartun pertama yang membuatku suka dengan film berbau detektif. Jadi, menemukan hidden objects itu jadi keseruan sendiri. Iya awalnya iseng main sendiri. Besoknya, ngajakin Pica main sama Humaira. Eh, ternyata mereka lebih jago dong. Hihi

Berbagai kelebihan plays.org menurut kami

Cara bermain sangat mudah

Cukup membuka website dan bermain sesuai kategori. Tidak perlu mendownload aplikasi dll dsb. Sangat ringan dipakai di laptop maupun smartphone. 

Pilihan levelpun bisa diatur sesuai umur dan mood pemain. Dalam setiap game ada petunjuk dan cara bermain. 

Pilihan Permainan Banyak

Katalognya saja sudah sedemikian lengkap. Dan setiap satu kategori ada 3-5 bahkan lebih isinya. Jadi, ya.. Iya. Ratusan game disini. Tinggal pilih sesuai kesukaan saja. 

Tidak ada iklan hingga maintenance di sela-sela game

Siapa nih kalo main game di aplikasi kadang terganggu dengan iklan? Aku banget. 

Seumur emak-emak sih masih aman ya. Kalau anak-anak? Main game yang kadang dipenuhi dengan iklan? Bahaya bukan? Senangnya di plays.org tidak ada iklan dalam game. Dan webnya lancar. So far selama hampir sebulan bermain kami tidak pernah merasa terganggu

Cocok untuk semua umur

Siapa bilang yang cocok main di plays.org cuma anak-anak. Orang tua sepertiku pun senang loh bermain disini. Bahkan main Playful Kitty Yarn Ball Rolling Logic Puzzle Game aja aku juga ikut-ikutan. Suami juga kadang ikut bermain menyalurkan ide. Akhirnya, kami semua bermain. Haha.

Duh, jadi ramai kan bonding antar keluarga karena keseruan main game di plays.org

Kalian musti coba juga main di plays.org ! Wajib! XD

Galau Memilih Bimbel Untuk Anak di Kala PJJ

Galau Memilih Bimbel Untuk Anak di Kala PJJ

“Si Pica gak ikut Bimbel Win? Anak aku udah 2 bulan ini kuputusin ikut bimbel. Cuma untuk beberapa pelajaran aja sih. Kayak matematika sama bahasa inggris. Soalnya kalo aku yang ngajarin bisa keluar tanduknya. Haha..”

“Wah, gitu ya.. Pantes anak kamu pinter gitu sekarang. Ikutan bimbelnya online atau offline sih?”

“Offline, jadi di dekat rumah aku ada yang buka bimbel kecil. Sudah prokes juga. Udah gitu gurunya ramah. Anak aku suka.”

“Oh ya? Berapa biayanya perbulan?”

‘Segini’ kata temanku. Dan aku pun terdiam. 

Lumayan juga sekarang harga bimbel sekarang ya. Huhu

Anak Ikut Bimbel? Yay or Nay ya? 

Kalau ingat zaman ketika aku sekolah dulu sih, aku sendiri termasuk anak yang sangat suka ikut bimbel. Bukan hanya karena aku ingin belajar saja, tapi dulu itu aku seakan jadi punya kegiatan rutin yang harus dilakukan setiap hari. Bimbel menjawab kebosananku yang saat itu tidak punya hobi spesifik. Bimbel membawaku bertemu dengan teman-teman baru. Hingga membawaku pada cinta pertama. *ini apaan sih kalimat terakhir.. 🤣

Tapi, zaman dulu aku ikut bimbel ketika sudah sekolah SMA. Ketika SD seumur Pica (8 tahun) kerjaanku hanya main tanah liat di tanah. Jadi selama 6 tahun duduk sekolah di SD aku memang tidak pernah punya pelajaran tambahan diluar sekolah. Karena duniaku benar-benar hanya bermain saja. 

Jadi sebenarnya penting gak sih anak ikut bimbel? Seumur Pica begini? 

Menurutku, itu pilihan orang tua masing-masing ya. Dan harus dilihat dari kebutuhan anaknya juga. Dulu, pelajaran kelas 3 SD levelnya tidak setinggi sekarang. Bahkan, aku sih ingat sekali saat aku sekolah kelas 3 dulu.. Ada saja siswa di kelas yang masih terbata-bata dalam membaca dan itu tidak apa-apa. Perkalian dan Pembagian masih menjadi skill expert yang diketahui jawabannya dari buku perkalian buatan. Tidak seperti sekarang, anak-anak seakan sudah dituntut untuk paham soal cerita yang expert. Bukan hanya itu, pelajaran bahasa inggris pun sudah memiliki level setingkat aku SMP dulu. 

Memang, kemampuan otak anak akan berkembang sesuai umurnya ya. Tapi, kadang kita juga harus peka dengan lingkungan plus perkembangan pendidikan. Tentu dari standar yang ada, setidaknya kita menginginkan anak kita bisa lulus dengan pemahaman yang baik. Tidak ketinggalan dengan standar yang ada. Karena kalau tertinggal, kasian anaknya juga. Begitu sih pandanganku. 

Lagi pula, bimbel zaman sekarang itu metode belajarnya tergolong fun. Anak tidak hanya mengerti melalui teori tapi juga praktiknya. Guru bimbel pun kebanyakan tidak menghakimi anak jika melakukan kesalahan. Mereka lebih menikmati prosesnya. Kenyataan demikian, membuat banyak bimbel menjamur di luar sana. Menawarkan kelebihannya masing-masing. 

Jadi, tinggal kita saja yang bisa memilih. Mau ikut bimbel apa yang sesuai dengan kondisi kita. Apalagi sekarang sedang dalam situasi pandemi. Tentu memilih bimbel bukanlah hal yang mudah. Selain mempertimbangkan faktor keamanan, kita juga harus mempertimbangkan faktor ekonomi. 

Iya, gak semua orang tua bisa membayar biaya bimbel yang mahal bukan? 

Ternyata Bimbel Brain Academy Tergolong Murah

Setelah keliling survei biaya bimbel, maka aku memutuskan bahwa.. 

“Ya ampun bimbel offline disini gak ada yang murah. Harganya gila semua.. ” 😭😭

Dan tentu saja usulan untuk bimbel ditolak mentah-mentah oleh suami. Jadi, kudu piye? 

Untungnya, ternyata di ruangguru ada Brain Academy. Ini beda ya sama ruangbelajar yang pernah aku tulis. 

Brain Academy adalah fasilitas kelas virtual yang dihadirkan oleh Ruangguru, bermanfaat untuk menunjang proses pembelajaran siswa di rumah. Dengan Brain Academy, siswa bisa mengakses ratusan ribu video materi belajar, bank soal, infografis, dan quiz yang dapat diakses melalui aplikasi belajar Ruangguru.

Berapa biayanya? Menurutku, cenderung terjangkau ‘banget’  dibanding biaya bimbel offline yang sedang menjamur. 

Brain Academy Online, Pengganti Bimbel Offline Kala Pandemi dengan Banyak Keunggulan

Meski di beberapa tempat sekolah PTM sudah dibuka kembali, bahkan bimbel offline pun kembali eksis. Akan tetapi, akan lebih baik jika kita memilih online saja ya. Hal ini jauh lebih aman di tengah menyebarnya varian delta covid 19. Selain itu, menurutku sih ya lebih nyaman aja. Tidak perlu keluar rumah, tidak perlu repot ganti baju dan langsung cuci. Dan terakhir, tentu tidak perlu tambahan uang jajan. Haha. 

Selain itu, Brain Academy ini punya banyak keunggulan. Apa aja sih? 

-Bimbel dengan Kelas online interaktif

Bimbel online dengan live Teaching interaktif yang terjadwal bersama Star Master Teacher secara langsung via aplikasi dan desktop? Bisa banget! 

-Klinik PR

Disini ada bimbingan belajar online dengan sesi Klinik PR untuk selesaikan tugas sekolah bersama Master Teacher secara eksklusif dalam grup kecil melalui video call.

-Konseling Pendidikan

Konseling privat video online dengan guru wali dan disediakan juga laporan perkembangan anak untuk orangtua. Mantep banget kan. 

-Modul Belajar

Bimbingan belajar online yang menyediakan modul lengkap untuk belajar 1 tahun yang dicetak dan dikirim ke rumah siswa. Wah, bisa buat bahan bacaan anak juga. 

-Kelas Pengembangan Diri

Bimbel online dengan kelas tambahan seperti tips masuk PTN favorit, prospek karir, public speaking dan kreativitas. Anak berkembang meski di rumah aja? Bisa! 

-Komunitas Diskusi Soal

Share berbagai latihan soal yang sulit dalam grup dan akan ada tutor serta teman dari seluruh Indonesia yang siap menjawab. Sudah kayak kerja kelompok virtual ya. 

-Klub Hobi

Bertemu teman dari seluruh Indonesia dengan bergabung ke dalam lebih dari 50 Klub Hobi. Wow, sejak kecil udah bisa kumpul sama teman-teman yang satu hobi nih

-Tryout Ujian

Try Out Ujian dengan tipe soal terbaru untuk mempersiapkan siswa menghadapi ujian. Gak galau-galau lagi si emak bikin soal kisi-kisi tiap malam. 

Jadi, memilih bimbel di Brain Academy? Why Not? 

Pengalaman Seru Main Bareng Paddle Pop Mochi: Berpetualang ke Planet Saturnus

Pengalaman Seru Main Bareng Paddle Pop Mochi: Berpetualang ke Planet Saturnus

“Mama, ruang angkasa itu bisa dibikin piknik gak?” Pica bertanya padaku

“Memangnya Pica mau kemana?”

“Ke planet lain selain di bumi. Mau ketemu alien.”

“Kalau mau ke ruang angkasa biayanya mahal. Kudu jadi astronot dulu. Terus naik roket. Bikinnya susah biayanya mahal.”

“Terus, kenapa bisa ada foto-foto planet di buku ensiklopedia ini? Berarti ada yang jalan-jalan kan?”

“Coba, Pica mau kemana sih sebenarnya diantara 8 planet ini?”

“Ke planet saturnus. Pica tuh mau liat cincinnya. Lagi pula Ma.. Pasti disana gak ada covid.. Coba kita pindah planet aja”

😂😂😂

Akhirnya Bisa Berpetualang Virtual ke Planet Saturnus

Iya sih, andai saja bisa ya. Saat pandemi terjadi di seluruh bumi, kita bisa keluar dari itu semua. Entah ke pulau tak berpenghuni hingga ke imajinasi paling liar, tinggal di planet lain. Dimana gak ada kewajiban pakai masker di luar. Bisa menghirup udara bebas seperti dulu lagi tanpa pengapnya masker. Tapi kan realitanya ya enggak gitu lah.. Mana ada di ruang angkasa bisa begitu. Yang ada sih, pakaiannya lebih nganu dibanding hazmat. Dah gitu kudu bawa tabung oksigen kan. Ah, imajinasi.. Andai seperti buku doraemon.. 😅

Tapi, demi mendukung imajinasi dan keseimbangan psikis anak maka emak bela-belain deh ikut daftar di acara paddle pop tanggal 3 Juli 2021 kemarin. Apalagi pas tau programnya bareng rumah dandelion dan Enno Lerian, semangat mendaftar karena Kak Enno itu bagian dari masa kecil emak. Haha.. Telat sih daftarnya, harusnya event sebelumnya ikutan juga. Tapi biarlah, daripada enggak sama sekali. Lagi pula, pas banget nih temanya. Liburan ke Planet MochiMain ke Planet Saturnus. Wow, Pica pasti senang. Kapan lagi main virtual ke planet saturnus gratis?

Keseruan acara diawali dengan nyanyian yang dipandu oleh kak Tari. Selanjutnya, anak-anak diberikan tanya-jawab tentang bagaimana planet saturnus itu. Wah, riang sekali para anak-anak menjawab. Aku sendiri ikut mengernyitkan dahi, karena ada satu pertanyaan yang akupun juga gak tau. Haha. Seperti apakah planet saturnus itu berat? Pica dengan semangat menjawab, “Beraaat” 

Ya logikanya, pasti berat kan. Soalnya gede. Haha. Dimana-mana kalau gede itu timbangannya nganan. Kecuali Planet Saturnusnya balon. Bisa meletus. Duarr.. Kacau deh hatiku. 

Ternyata, planet saturnus itu ringan dan terbuat dari es. Begitupun cincinnya. Ibaratnya saturnus bisa mencair jika dimasukkan ke dalam bak mandi berukuran yang lebih besar dibanding planetnya. Saturnus akan mengapung dan mencair perlahan-lahan diatas permukaan. Uwow kan. Masa mau piknik disana.. Pica.. Pica.. Kudu nonton interstellar juga kali ya diajak. 

Membuat DIY CardBoard TV Ketika Main Ke Planet Saturnus

Imajinasi itu lebih berharga dibandingkan pengetahuan.

Ketika anak sudah merasa ‘beneran’ jalan-jalan ke planet saturnus. Biarin aja deh ya kan? Anggap saja kursinya roket. Laptopnya kemudinya. Lalu, foto-foto deh. 

Ajak anak mewarnai gambar. Nah, gambar dibawah ini adalah printable yang harus didownload sebelum acara. Setidaknya, dengan begini anak jadi punya imajinasi tentang gambaran main ke saturnus. Ia bisa mewarnai sesuai gradasi yang ia inginkan. Dari mulai sebelum naik roket, ketika naik, melintasi planet saturnus, hingga mendarat. Asyik kan? 

Perhatikan deh, Pica mewarnai langitnya dengan warna yang berbeda. Itu menandakan ia paham bahwa mungkin saja warna-warna latar di bumi, ruang angkasa, hingga planetnya mungkin berbeda. Dalam pengetahuan, mungkin saja warnanya salah. Tapi imajinasi anak kecil itu.. Luar biasa. 

Habis diwarnai gimana udahan? 

Enggak, prosesnya masih panjang ferguso.. Kita kudu bikin Cardboard TV supaya seru! 

Karena aku belum punya kotak rancangan cardboard maka aku dan Pica harus bikin sendiri nih cardboardnya dari nol. Maka, berikut adalah bahan yang kami siapkan

Well, bahan dan alat yang kami miliki tidak sama persis seperti diatas. Tapi kami mencoba tetap membuatnya. Berbekal kardus susu, gulungan karton, selotip, ikat rambut, gunting hingga kertas hvs kami mencoba membuat Cardboard TV. Sedikit lebih memakan waktu, tapi kami puas dengan hasilnya. Berikut adalah prosesnya:

Sempat trial dan error karena kami sempat salah membuat lubang. Pertama membuatnya, gulungan kartonnya jadi terlihat di layar. Haha. Persis seperti TV rusak ala ala 90an. Tapi kami membuat lubang lagi dibawahnya, dan menutup lubang yang salah dengan kertas HVS. Akhirnya, kami berinisiatif melapis cardboardnya dengan kertas HVS supaya lebih bagus. 

Cara supaya cardboard TV ini bisa memutar dan menampilkan gambar yang berbeda ditiap putaran adalah dengan menempelkan gambar atas dengan selotip ke gulungan atas. Jadi, ketika gulungan (warna kuning) itu diputar. Gambarnya berubah. 

Its not perfect, but my girl so happy.. 

Dia berkata, “Oh, mungkin begini ya TV orang-orang zaman dulu itu..”

Oh iya mungkin, gak terbayang jika serial drakor di buat sedemikian. Alangkah capeknya. 😅

Tapi serius, aku senang setidaknya anak jadi dapat gambaran tentang TV kuno dengan kreasi ini. 

“Pica senang kan. Anggap aja Astronotnya itu Pica. Nah, tuh Pica udah pernah main ke planet saturnus berarti. Seneng ya gak ada covid di sana”

“Tetap aja gak bisa sekolah Ma..”

“Dah ah, sekolah di rumah juga seru kok.”

Kapan Lagi Bisa Makan Planet Saturnus? 

Sesi main seru selanjutnya adalah membuat Sweet Mochi. Dan tentunya kita gak perlu membuat mochi dari nol. Seperti menyiapkan tepung ketan hingga membuat es krim sendiri. Ribet bebku. Biarkan Dilan saja yang ribet. Kita jangan. Emak-emak gak boleh sok multi tasking. Nanti waras jadi taruhan. 😆

Kita cuma perlu menyiapkan Paddle Pop Mochi Chocolate Vanila. Bentuknya yang bulat  seperti planet sudah mewakili basic kreatifitas anak dalam berkreasi kali ini. Tambahan lainnya tidak melulu harus sesuai dengan bahan diatas ya. Cukup sebisanya anak saja. 

Aku sendiri hanya memakai susu kental manis dan sprinkle. Karena itulah bahan yang ada. Hihi. Biarpun sedikit belepotan, paling tidak anak senang karena bisa membuat ‘cincin saturnus’ sendiri. Lengkap dengan bongkahan asteroid yang diwakili oleh sprinkle warna warni. Konon, asteroid yang berada di wilayah planet Jupiter sebagian dinamakan dengan nama dewa dewi yunani. Nah, kata Pica, sprinkle nya cukup diberi nama hum, ham, him, hom, hem. Dengan setiap kata mewakili warnanya. Mungkin terinspirasi dari nama panggilan adiknya.. Humaira.. 😅

Rasanya? Tidak diragukan lagi. Enak sekali. Makanya aku beli agak banyak. Supaya bisa ikut icip-icip juga. Duh, kan ya.. Biasanya nasib emak-emak itu sedikit ‘naas’. Contohnya, ketika anak gak habis makan.. Sang emak kudu menghabiskan. Coba deh kalau makanannya enak, sang emak tidak disisain. Makanya harus beli rada banyak. Dan yah.. Sekejap kemudian es krim ini habis.. Untung aku sempat ikut memakan. 

Rasanya itu, diluar chewy lembut.. di dalam juicy. Dan aku suka dengan coklatnya. Manisnya sangat toleran dan coklatnya pas. Tidak terlalu nyoklat sehingga menyisakan pahit getir di lidah tapi nyoklat yang menyisakan rasa senang. Menyenangkan seperti apa? Seperti minum secangkir coklat panas sehabis bertemu dementor di azkaban. Hilang lah sudah rasa sedih tidak jelas itu.. 😆

“Ternyata makan planet saturnus itu enak Ma..”

Jadi, mau makan planet apa lagi ya nanti? Penasaran deh sama gimana rasa planet Uranus dan Jupiter. 

Yang pasti, kami juga ikutan daftar di 2 acara paddle pop lainnya. Yaitu tanggal 10 Juli dan 17 Juli 2021 ini. Soalnya, ikut acara begini bikin nagih plus mengasah kreatifitas anak. 

Hmm.. Kalian udah daftar belum nih acaranya? Daftar yuk! Biar anak gak bosan di rumah.. 😁

Kunjungi instagram @paddlepop.idn ya!

Anti Galau Ngajarin Anak Kala PJJ dengan Ruangbelajar by Ruangguru

Anti Galau Ngajarin Anak Kala PJJ dengan Ruangbelajar by Ruangguru

“Ma, kapan sih Pica Bisa sekolah kek normal lagi? Kata teman Pica, pas kami kelas 3 bakal sekolah offline. Tapi kok Mama bilangnya gak tau terus..”

“Ya memang belum ada kepastiannya Pica, kalau ada.. Pasti deh udah ribut grup sekolah kamu ngasih pengumuman..”

“Tapi katanya kota kita udah zona hijau Ma..”

“Iya, tapi coba Pica liat berita di TV. Muncul lagi varian baru si covad covid ini. Dan udah ada di indonesia. Daerah lain udah ada yang merasakan. Kalau daerah kita gak waspada bisa ikutan jadi zona merah lagi..”

“Yaah.. Sekolah sama mama di rumah lagi..”

“Kenapa memang kalo sekolah sama Mama?”

“Diganggu adek Hum terus, dah gitu Mama suka marah-marah..”

😅😅😅

Drama Galau Setahun Lebih PJJ: Oh Gini Rasanya Jadi Guru di rumah

“Kan Pica sudah hapal perkalian 7, masa ngitung berapa minggu gak bisa. Sederhana aja loh, 1 minggu kan 7 hari. Berarti kalo Pica hapal perkalian 7 udah bisa tuh ngejawabnya berapa minggu..”

“Pica tuh lupa ma..”

“Iya makanya diingat, dihapal lagi coba..”

Pica komat-kamit menghapal perkalian 7. Sementara aku meninggalkannya untuk menyuapi Humaira yang sedang GTM parah. Ya ya.. Aku tau seharusnya sih ngajarin anak itu ‘seharusnya’ ketika anak yang satu sudah tidur. Tapi, bagaimana aku bisa menghandle tugas-tugas domestik yang lain? Aku tidak bisa mengganti quality time saat malam hari dengan mengajar. Tidak bisa. Karena malam hari sudah ada jadwal sendiri.

Kadang, pernah terpikir untuk mempekerjakan ART di rumah. Tapi niat itu lagi-lagi diurungkan. Mengingat lumayan sekali gajih ART jika dikumpulkan sebulan. Bisa untuk quality time mingguan yang lebih baik. Bisa pula untuk membeli berbagai paket mainan hingga buku anak. Atau, kan juga bisa buat beli-beli skincare sekedar untuk me time. Ah, cuma emak yang paham gimana rasanya untuk ‘menghemat budget’ dengan menganiaya diri sendiri. Hahaha. 

Drama omelan demi omelen tersebut berlangsung setidaknya selama 3 bulan. Pasca Pica benar-benar hapal dengan perkalian, ‘tanduk benteng’ ku mulai berubah menjadi tanduk sapi. Masih bertanduk, hanya saja tidak ganas. Masih bisa mengasuh Humaira sambil bernyanyi.. 

“Bapak tani punya kandang… Ea eao.. Di dalamnya ada Sapi.. Ea eao.. Moo moo disini.. Moo moo disana.. Dimana-mana bunyi moo moo moo” -Sambil jadi mode sapi yang dinaikin Humaira. 

Ya begitulah.. Mengasuh 2 anak itu kadang lucu. Harus bisa memasang topeng yang sama dengan karakter berbeda. Yang satu jadi guru bertanduk sapi, yang satu jadi sapi bernyanyi..😂

Akhirnya Mencoba Berkenalan dengan Ruangbelajar dari Ruangguru

“Bersyukur karena pandemi terjadi tahun begini. Bayangin kalau kejadian di tahun 90an. Musti ngapain di rumah aja? Gimana belajarnya?”

Salah seorang anggota keluarga menyeletuk demikian dan membuatku cengengesan. Tahun ‘segitu’ mana kenal dengan google. Apalagi dengan smartphone yang serba memudahkan. Ah, membayangkannya saja bingung jika pandemi terjadi di masa itu. 

“Sekarang anak-anak cepet pinter. Dikit-dikit buka google. Dikit-dikit liat tutorial di youtube. Aduh, anak zaman sekarang level SD sudah mirip SMP zaman dulu.”

“Coba deh, kamu hapal perkalian diluar kepala kelas berapa dulu? Anak sekarang, kelas 2 SD sudah dituntut bisa perkalian dan pembagian.” Balas mamaku. 

“Makanya zaman sekarang mamaknya pusing kalau apa-apa serba sendiri. Tugas domestik dilakuin sendiri, ngasuh bayi sendiri, ngajar juga. Dan level pelajarannya tambah tinggi.” Jawabku cengengesan. 

“Ya siapa suruh sendiri. Pakai ruangbelajar by ruangguru dong. Lengkap kalau ikutan disana. Mamak bisa leyeh-leyeh sebentar. Anak belajar dengan efektif. Banyak fiturnya tuh di ruangbelajar. Anakku kelas 4 SD pelajarannya udah bikin nyerah deh. Aku mending download ruangguru n bayar disana. Manfaatin fitur ruangbelajar. Lagian gak mahal juga.” Salah seorang anggota keluarga di WAG keluarga menyahut kemudian. 

Oh ya? Berapa? 

Dan isenglah aku berselancar ke websitenya. Jadi, Ruangbelajar itu adalah layanan Belajar Online Terlengkap di Indonesia dari ruangguru. Di ruangbelajar, anak dapat belajar mandiri dengan puluhan ribu video belajar beranimasi dan latihan soal. Dan layanan ruangbelajar ini bisa di-download, sehingga hemat kuota! Ehm, tapi berapa ya biayanya? 

Diskon dong. 60% gaes.. Untuk biaya segitu selama setahun termasuk murah dan terjangkau. Gak main2 deh diskonnya. Kemudian kepala langsung menghitung total biaya perbulannya. Cuma 50k sebulan. Lumayan sekali dibanding stress ngajar anak bolak balik. Ya memang sih untuk tugas sekolah masih perlu dibimbing. Tapi setidaknya pemahamannya meningkat dengan belajar di ruangbelajar. Karena di ruangbelajar fasilitasnya beragam. Dan anak tidak bosan dengan metode ‘konvensional’ ala mamak tanduk sapi. Bisa deh tanduk mamak berubah jadi telinga kucing. 😆

“Bapak tani punya kandang… Ea eao.. Di dalamnya ada Kucing.. Ea eao.. Miaw miaw disini.. Miaw miaw disana.. Dimana-mana bunyi miaw miaw” -Sambil jadi mode kucing yang dielus Pica dan Humaira. 

Fitur Menarik di Ruangbelajar itu Apa Aja? 

Nah, ternyata fitur dalam ruangbelajar itu macam-macam. Diantaranya adalah:

-Ruangguru PET

Disini anak bisa memilih Teman Belajar yang paling sesuai dengan anak dari 3 karakter yang ada. Yaitu Komodo, Cendrawasih atau Harimau Sumatera. Nah, tidak perlu lagi bukan didampingi mama sapi atau mama kucing.. 😂

-Ruangguru adventure

Semua anak suka dengan game. Apa jadinya jika dalam belajar ia juga merasakan sisi petualangan? Nah fitur ini membuat anak merasakan petualangan seru sambil menjawab soal. 

-Jadwal belajar

Gak perlu galau kita mengatur jadwal anak. Dan jadwal anak itu fleksibel karena materi bisa didownload. 

-Asah otak

Banyak teka teki asah otak di fitur ini. Anak jadi merasa tertantang untuk memecahkannya

-Bank soal

Mamak gak perlu pusing tiap hari bikin soal tambahan selain tugas sekolah buat ngajarin anak. Di ruangbelajar fitur bank soal menyediakan banyak soal bermutu. 

-Laporan belajar

Ruangbelajar punya rapor juga loh. Jadi diakhir semester bukan cuma rapor sekolah yang bisa dilihat-lihat. Rapor disini juga. 

Daan.. Enggak hanya fitur diatas aja loh, awal bulan Juli  ini ada fitur-fitur baru juga, diantaranya adalah:

-Adapto

Mengambil manfaat dari hasil nilai kuis dalam video membuat pembelajaran jauh lebih interaktif dengan jawaban yang mengarahkan anak sesuai dengan kemampuan belajarnya. Jadi, anak benar-benar dapat memilih materi belajar sendiri.

-Rencana Belajar

Fitur ini memudahkan anak ketika menonton video pembelajaran (atau melakukan materi pembelajaran lainnya), mereka sering terganggu dan harus berhenti belajar di Aplikasi Ruangguru, dan ingin melanjutkan materi tidak dari awal.

-Subtitle Video

Berdasarkan tolok ukur untuk aplikasi pembelajaran global (khususnya pada konten yang telah direkam sebelumnya), transkrip adalah salah satu fitur yang berharga untuk membantu pembelajaran.

-Fitur Pencarian

Fungsi pencarian sebagai fitur untuk pengguna yang sudah tahu apa yang harus dipelajari di aplikasi, tetapi membutuhkan cara tercepat untuk menemukan materi pembelajaran.

-Pet Mission

Misi hewan peliharaan adalah daftar misi harian yang disediakan di halaman evolusi hewan peliharaan seperti fitur pertama yang aku tuliskan tadi. Nah, Jika anak menyelesaikan 4 misi dalam seminggu, mereka akan diberikan 1 batu evolusi hewan peliharaan. Seru kan? Anak gamers pasti suka. 

-Tes Minat Bakat

Tes minat merupakan tes psikologi dalam bentuk tes RIASEC. Tes ini yang bertujuan untuk membantu memperkirakan karier yang sesuai dengan diri. Tes bakat mengukur kemampuan deduktif, aritmatika, spasial, induktif. Dan reasoning. Hasil dari tes minat bakat adalah jurusan-jurusan sesuai minat anak yang ditunjang oleh bakat yang anak  miliki.

Wah, jika fitur ruangbelajar sedemikian komplit kenapa enggak ya coba ikutan juga? Aku pun jadi kena racun nih. Rencananya kalau Pica kelas 3 aku pengen deh nyoba juga. Dari pada  pakai bimbel jadul.. Menangis deh dompet emak.. Lagi pula, ruangbelajar jauh lebih aman di masa pandemi begini. 

Kalian gimana? Ada yang sudah pernah ikutan ruangbelajar juga? Sharing disini yuk! 

Untold Story Dibalik Kisah Anak Durhaka

Untold Story Dibalik Kisah Anak Durhaka

“Dasar Anak Durhaka! Kamu gak tau ya kesakitan Mama ngelahirin kamu! Sudah tua Mama dibeginikan! Menyesal aku melahirkan kamu!”

Masih ingat aku omelan demikian. Saat itu, usiaku masih 17 tahun. Kulihat air matanya, kulihat amarah di wajahnya. Kurasakan getaran pada tangan dan kakinya. Namun, air mata orang yang memelukku.. 

Jauh lebih deras.. 

Ini bukan cerita tentangku. Bukan tentang aku sebagai anak durhaka. Tapi, cerita ini layak untuk kalian baca dan renungkan. 

Asal Usul Anak Yang Durhaka

Ini bukan cerita tentang Malin Kundang. Mungkin jauh setelah Malin Kundang lahir, bertahun kemudian di negeri antah berantah. Lahirlah seorang anak perempuan dari dua insan yang tak lagi saling mencintai. 

Sebut saja namanya adalah Meri. Ia lahir satu bulan pasca perceraian kedua orang tuanya. Sang Ibu bersikeras tak mau memeliharanya. Sementara Sang Ayah jatuh miskin. Tak ada satupun harta digenggamannya. 

Meri hidup dari satu tangan ke tangan yang lain. Dari tangan tante pertama, ia pindah ke tangan tante kedua. Lalu saat usianya menginjak 5 tahun ia mencoba untuk menghambakan diri. Belajar pekerjaan rumah tangga hingga belajar berjualan diluar sana. Pada usia sekecil itu, Meri sudah paham akan arti kerasnya hidup. Bahwa untuk makan sebutir nasi, ia harus berusaha. Ia tak kenal akan kasih sayang. Apalagi sentuhan seorang Ibu. Yang ia ketahui hanyalah satu hal. 

“Aku harus berjuang untuk hidup..”

Hingga usianya beranjak 13 tahun, Meri hidup dengan keras. Untuk sekolah saja ia tak pernah memakai sepatu. Hanya sepasang sandal jepit hasil pinjaman sepupu yang ia pakai. Pun soal uang jajan, jika jualannya tidak mencapai batas laku yang seharusnya. Maka ia tidak jajan. Akan tetapi Meri anak yang tangguh. Dijemur guru beberapa kali karena datang terlambat hingga memakai sandal jepit.. Ia tetap sekolah lagi dan lagi. Sehingga ia menjadi anak yang terkenal di sekolah. Semua guru senang mengandalkannya. Menyuruhnya membeli sayur, mencuci piring dll. Meri mengerjakannya dengan ikhlas. Jika diberi Alhamdulillah, jika tidak ya tidak apa-apa. 

Meri tak pernah sekalipun menanyakan kehadiran orang tuanya. Ia cukup tau diri, sepertinya Mamanya bukanlah orang yang menginginkannya. Pun juga Ayahnya. Apa yang bisa ia harapkan dari penjahit yang kala itu tidak sanggup menopang finansial. Tapi, keinginan Meri untuk mengetahui keberadaan orang tuanya selalu ada. Hari itu, ia putuskan untuk mengunjungi Ayahnya. 

Ternyata, Ayah kandungnya telah menikah lagi. Baru saja ketika usia Meri 13 tahun. Meri pun memutuskan tinggal sebentar dengan Ayah dan Ibu Tirinya. Ia berharap keduanya baik. Keesokan paginya, Meri bersekolah dan memakai sandal jepit yang ada di teras rumah. Dan sepulang sekolah Ibu Tirinya langsung meneriakinya, “Dasar Maling Sandal!”

Ia akhirnya tau, bahwa tak ada satupun yang menginginkannya untuk tinggal. Tapi Meri tau satu hal bahwa Ia harus bertahan dan membuktikan bahwa Ia bisa mendapatkan penerimaan itu suatu hari nanti. 

Ia yakin suatu hari akan ada yang berkata padanya.. “Ini adalah Meri, Anakku yang membanggakan..”

Meri terus berjuang untuk hidup. Ia berhasil sekolah di SMP hingga SMA dengan keadaan jatuh payah sedemikian. Beruntung parasnya tergolong cantik sehingga di sekolah ia mendapatkan lingkungan yang nyaman untuk menerimanya. Selama 17 tahun hidupnya, ia tak pernah mengenal apa arti kata ‘Mama’. Yang ia tau, ia harus bisa hidup lebih baik. Keluar dari lingkungan yang membuatnya bekerja siang malam. Sekolah akan membuat hidupnya lebih baik. Itulah yang ia yakini. 

Tapi, keinginan itu muncul juga. 

Kira-kira bagaimana reaksi Ibu kandungku jika melihatku sekarang? Akankah ia menyambutku dan menyebutku cantik? Akankah ia memberikanku uang? Sepatu mungkin? Ah, aku coba saja berkunjung. Kata tante, Ibu kandungku adalah seorang PNS. Bukankah seorang PNS setidaknya memiliki tunjangan anak? Berapa banyak tunjangan anak jika dikali 17 tahun? Ah, satu buah sepatu cukup. Ah tidak, satu pujian mungkin. Imajinasi Meri melayang membayangkannya. 

Saat liburan sekolah, Meri mengumpulkan tabungannya untuk mengunjungi Ibunya. Ia tau, Ibunya telah menikah lagi dan memiliki 2 orang anak. Suami barunya juga seorang PNS. Setidaknya, mungkin ia akan lebih sejahtera liburan disana. 

Meri senang saat sudah sampai di rumah Ibu kandungnya. Ada sebuah harapan. Pelukan dan tangisan tanda rasa rindu. Rumah itu dipenuhi dengan keriangan anak-anak. Sementara Ibunya sedang asik berhitung di warung. Dan tersenyum menyambut Meri. 

Aku tau Ibuku orang baik. 

Sayangnya, senyuman itu hanya sebentar. Meri masuk dan tak disambut oleh siapa-siapa. Ia mencoba mengerjakan pekerjaan rumah untuk mendapatkan apresiasi. Namun, tak ada satupun yang memujinya. Terlalu dini untuk kecewa. Ia memutuskan untuk ke warung dan menemui Ibunya. 

“Ma, bolehkah Meri minta pembalut ini? Meri ternyata Mens. Dan lupa bawa kain mens” 

“Jangan! Ini jualanku. Kalau kamu minta ya aku gak dapat untung. Di dapur banyak kain-kain bekas. Pakai itu aja.”

Meri melangkah ke dapur dengan menundukkan kepala. Menahan tangis. 17 tahun tak bertemu dengan Ibu Kandungnya. Namun ia merasa sangat asing. Bahkan merasa tak sedikitpun dipedulikan. Meri bertahan selama 3 hari di rumah itu. Berharap ada sedikit keajaiban. 

Hari ketiga, Meri memutuskan untuk pergi ke barabai. Tempat tinggal julak yang terkenal akan kebaikannya. Kemudian, sekali lagi Meri mencoba memancing-mancing Ibunya.. 

“Ma, Meri mau ke barabai. Bolehkah Meri minta uang untuk naik taksi? 1000 rupiah aja.. “

Sang Ibu memberinya uang 500 rupiah. Dan berbalik begitu saja. Meri mengucapkan terima kasih dengan tertahan.

Inilah uang satu-satunya pemberian ibunya selama 17 tahun. 

Sejak itu, tak pernah sekalipun Meri menjejakkan kaki di rumah itu lagi. Tangisnya membasahi tanah. Hatinya kesal. Tapi ia tau. Konon seorang anak tak boleh durhaka pada Ibunya. Malin Kundang adalah dongeng yang selalu menjadi pembelajaran untuk anak kala itu. Jika ia menangis sekarang lantas Sang Ibu melihat dan mengutuknya. Bukankah masih mungkin ia akan berubah menjadi batu? Karena merasa kesal? 

Meri kemudian bertanya-tanya. Bagaimana masa kecil Malin Kundang? Apakah ketika Ibunya Malin ditinggal oleh Ayahnya berubah menjadi Ibu yang berbeda? Apakah demikian? Sehingga Malin memilih untuk merantau ke negeri seberang? Lantas pulang dan berpura-pura tak kenal dengan Ibunya? 

Entahlah. Hari itu, Meri memutuskan hal yang sama. Merantau lalu menikah. Pergi sejauh-jauhnya.

Jika Saja Malin Kundang Memilih Jalan Yang Berbeda

Meri hidup dengan sejahtera. Ia berprofesi sebagai guru TK dan sudah PNS. Ia juga memiliki suami PNS. Dan ia dianugerahi 2 orang anak. Laki-laki bernama Wanda, juga perempuan bernama Winda. 

Dari kecil, Meri sangat suka bernyanyi dan membaca buku cerita. Karena itu ia merasa cocok bekerja sebagai guru TK. Walau ia memiliki inner child yang kelam, namun ia berusaha untuk tidak membalas semuanya. 

“Apakah Batu Menangis itu benar-benar ada Ma?” Anaknya Winda yang baru berumur 5 tahun bertanya polos. 

“Ia, batunya menangis. Menyesal karena durhaka dengan Ibunya.”

“Nangisnya kedengeran? Atau cuma keluar air mata aja? Batunya sujud gitu? Kok serem banget?”

“Iya.. Winda gak boleh kalau sudah besar durhaka sama Mama ya. Nanti kalau mama kesal bahaya..”

“Mama gak bakal berani ngutuk Winda jadi batu. Kan mama sayang.”

Meri tersenyum melihat Winda. Anak perempuan memang lebih emosional. Sementara Wanda sibuk bertanya-tanya apa itu beda legenda dan dongeng. Mengapa bisa ceritanya ada dll dsb. 

Winda dan Wanda tidak tau bahwa selama ini, ia tidak kenal dengan sosok nenek selain dari pihak ayahnya. Mereka tak pernah sekalipun menanyakannya. Seiring waktu, mereka sering mendengar ibunya terisak saat berbicara dengan ayahnya. Pun beberapa waktu belakangan, sering mereka ditemui oleh wanita tua yang datang kerumah membawa serpihan-serpihan snack murah. Mereka baru saja tau kalau itu adalah nenek. 

Ya, Meri memutuskan hal berbeda dari langkah Malin Kundang. Meski sering kesal, Meri memutuskan untuk menerima Ibunya kembali di masa tuanya. Membiarkannya bercengkrama dengan cucu-cucunya. Ikut senang ketika Wanda dan Winda begitu receh bahagianya. Snack murah dengan harga 100 rupiah sudah membuat mereka berdua senang. Berkata bahwa nenek membelikan oleh-oleh. Untuk sesaat, akhirnya kehidupan normal dengan adanya nenek itu pernah ada. 

Namun, itu tidak lama. 

Wanda dan Winda tumbuh menjadi sosok remaja yang sudah mulai mengerti akan masalah kehidupan. Mereka lambat laun paham akan kehidupan masa lalu Ibunya. Empati itu pun tumbuh. Sehingga jika melihat neneknya ke rumah maka reaksi mereka ‘Beh’ saja. Pun saat mereka tau bahwa neneknya ternyata ingin menghabiskan masa tuanya di rumah Meri. Mereka pura-pura biasa saja padahal ikut geram. 

“Aku mau makan pepuyu sekarang. Gak mau nanti.” Teriak sang Nenek di dapur. 

Meri kerepotan mengurus pagi rutin yang luar biasa. Ditambah dengan request spesial setiap pagi plus ‘ceramah’ dari sosok yang seumur hidup hanya memberinya 500 rupiah. Hati bergemuruh ingin marah. Tapi konon, bukankah seorang anak tidak boleh demikian pada Ibunya? 

Winda melihat air mata menetes di mata Mamanya. Ikut geram saat neneknya duduk santai dan mengobrol dengan pengasuh adik kembarnya.

“Kamu digajih berapa disini sebulan?” Tanya neneknya pada pengasuh itu. 

“Lima ratus ribu enggeh..” Jawab pengasuh polos. 

“Wah, banyak juga. Mana Meri ini anaknya pakai susu formula keduanya si kembar ini. Banyak banget pengeluarannya.”

Kuping Meri memanas mendengarnya. Ia berkata didalam hati, “Kalau memang merasa banyak, kenapa tidak dibantu? Bukannya Ibu tinggal disini juga? Ikut makan dengan pelayanan spesial? Bukannya uang pensiun ibu ada? Uang pensiun janda juga ada? Masa mau ditabung semua?”

Tapi kata-kata itu tertahan. Berganti dengan suara ‘PLAK PLAK’ keras saat memukul ikan pepuyu. 

“Eh, Meri.. Kamu ini ngasih gajih pembantu 500ribu sebulan. Pembantu kamu kasih gajih ya tiap bulan. Mamamu gak pernah dikasih duit.” Ibu Meri berkata demikian dengan santainya. 

Dan saat itu juga. Meri memutuskan melepaskan semua rasa itu. 

Tidak ada lagi kata sabar. 

Sabar itu ada batasnya. 

Selalu Ada Cerita Anak Durhaka, Tapi tak Pernah ada Cerita Ibu yang Durhaka

Mana yang lebih dulu diciptakan? Telur ayam atau Induk Ayam? 

Sebab dan akibat. Selama ini, kita terbiasa dikenalkan pada akibat. Lalu abai akan sebab. Padahal, sebab adalah awal dari semuanya. 

Kisah Meri sudah bisa ditebak endingnya bukan? Ia kehilangan kontrol dan melepaskan semua amarahnya. Ia mengusir ibunya dari rumah dan berakhir dengan sumpah serapah dari mulut ibunya yang berkepanjangan sepanjang hidupnya. 

Meri tak pernah dianggap sebagai anak baik di masa hidup Ibunya. Ia hanyalah seonggok anak celaka yang tidak diharapkan diawal kehidupannya. Namun diperas erat diakhir cerita. 

Apakah Ibunya mengutuknya menjadi batu? 

Ya.. Winda sering mendengarnya. Satu dua.. Mungkin sepuluh kali. Namun kiranya Tuhan lebih tau siapa sebenarnya sosok yang durhaka pertama kalinya. 

Akhir cerita Meri bukanlah menjadi sebuah batu yang menangis layaknya batu Malin Kundang. Namun menjadi anak dengan hati yang membatu. Menangis melihat perilaku Ibunya padanya. Menyesal dilahirkan oleh Ibu yang sedemikian.

Kenyataan demikian membuat Winda berpikir akan pertanyaan masa lalunya, “Bagaimana sebenarnya sosok batu menangis yang sebenarnya?”

Apakah cerita Malin Kundang benar dimulai dari kasih sayang yang dibalas dengan kedurhakaan? Apakah mungkin ‘global story’ dibalik kisah Batu Malin Kundang sebagai pengingat bahwa seburuk apapun perilaku seorang Ibu, seorang anak haruslah menjadi baik. Agar ‘rantai sifat durhaka itu putus’? Yah, mungkin itu kiranya.

Seusai diusir, Ibunya Meri pulang ke rumah anak kandung keduanya. Anak laki-laki dari pernikahan keduanya. Namun sayang, ia tak bisa diurus dengan baik. Ia ditinggalkan begitu saja di dapur rumah. Tanpa mandi, tanpa ganti popok, dan tanpa dilayani sandang pangannya. Ia hidup panjang umur. Dengan pelayanan sedemikian. Apakah itu hukuman dari Tuhan? 

Meri menyaksikan hal itu saat tidak sengaja berkunjung. Hatinya pilu sesaat. Winda dan Wanda tak pernah sekalipun mengunjungi neneknya. Uang 5000 rupiah adalah satu-satunya hal termahal yang pernah diberikan oleh neneknya yang bergelimang harta. 

Tapi Winda sadar. Bukan hanya uang 5000 rupiah yang telah diberikan nenek. Namun sebuah pembelajaran berharga bahwa.. 

Jangan pernah menjadi orang tua yang durhaka.. 

Anak tak pernah meminta dilahirkan.. 

Ia lahir untuk disayangi. Diwariskan rasa-rasa yang baik agar ia menjadi orang baik. 

NB: Ya, aku menulis ini seminggu pasca menonton film Cruella. Kisahnya mengingatkanku pada sepotong cerita. 

Tulisan ini bukan untuk membenarkan perilaku durhaka. Tapi untuk mengunggah hati kembali. Mencari sudut yang berbeda agar kita.. khususnya para Ibu.. 

Belajarlah untuk mencintai anak dengan tulus.. ❤

Jadi kalian tau Winda dan Wanda itu siapa? 🙃

Another galau story: Mama, Maafkan Aku Hanya Bisa Menjadi Ibu Rumah Tangga

IBX598B146B8E64A