“Bukan emak-emak namanya kalau belum pernah berhadapan dengan tragedi mom shaming.. “
Kalimat itu sontak langsung aku tertawakan sendiri. Lucu. Dan memang benar sih sesungguhnya. Obrolan renyah dengan teman masa kecilku itu membuka sudut pandang baru tentang tragedi mom shaming yang selama ini tentu saja sering terjadi di kalangan ’emak-emak’
Yaaa… Aku sendiri sebenarnya sudah sering mengalaminya. Bahkan aku juga pernah menulis solusi menghadapi mom shaming. Disisi lain, aku juga pernah menulis tentang mengapa ada ibu-ibu yang gampang sekali baper?
Dan hari ini, aku ingin fokus menulis tentang hal yang lebih sulit. Yaitu.. Memaafkan.
Memaafkan itu Sungguh Sulit
Sulit banget. Memaafkan itu sulit banget genks.
Bahkan ada yang bilang begini, “Aku mungkin memaafkan, tapi aku tidak akan pernah melupakannya.. “
Duh, kalau sudah nemu kalimat begini itu artinya lukanya dalem banget. Bahkan besar kemungkinan kalau ini hanya fase ‘pura-pura memaafkan’. Sesungguhnya, akupun pernah berada dalam fase itu. Berpikir, “Ih kok jahat banget sih ya bilang begitu? Kok memojokkan aku ya? Padahal kita kan sama-sama Ibu?”
Penyebabnya sepele sih sebenarnya. Biasalah, basa basi curhat kehidupan emak-emak malah ujung-ujungnya jadi mom war. Yang satu curhat di sosial medianya, yang satu malah merasa curhatan temannya receh dan menyerang begitu saja. Something like mak emak yang ngeluh kerjaan di rumah gak ada apresiasi.. Lalu di judge sama emak pekerja, “Kamu harusnya bersyukur.. Di rumah aja..bla bla.. Coba aku nih, cape tau seharian bla bla.. “
Ini cuma contoh ya. Banyak sih penyebab mom war dan mom shaming itu. Tapi penyebab paling utama ya karena Emak-emak ini merasa paling benar dan emak yang satunya.. Merasa tidak dihargai ketika berbicara keluhan.
Dan banyak hal lain penyebabnya sebenarnya. Berhadapan dengan mom shaming berkali-kali membuatku belajar untuk selalu bisa berempati dengan kehidupan ibu lainnya. Tapi untuk hal memaafkan mom shaming.. Sungguh itu sangat sulit. Haha..
Memaafkan orang yang melakukan mom shaming pada diri kita, bahkan dia merasa tidak bersalah dan malah melabeli kita ‘mamak baperan’ itu sangat sulit. Apalagi, doi mah.. menyesal pun tidak. Tapi, bukan aku namanya kalau membiarkan perasaan hitam bersemi dalam diri. Aku harus belajar memaafkan, sekalipun orang tersebut tidak menyesal dan tidak pernah meminta maaf bahkan terus saja mengulangi hal yang sama.
Karena aku yakin, hal ini tuh receh. Dan ini akan terus terjadi. Akan selalu ada orang-orang yang ‘judge’ sama kehidupan kita. Maka, sebelum orang tersebut menyesal dan minta maaf. Maafkan saja terlebih dahulu.
Lingkaran Setan Terus Berlanjut Jika Aku Tidak Memaafkan
Hal yang membuatku bertekad untuk memaafkan segala tragedi mom shaming adalah karena mom shaming itu menular. Ini serius.
Hati yang gelap itu, membuatku terus berpikir negatif.
Aku bukan tipikal penyerang balik jika direndahkan oleh orang lain. Aku adalah tipikal yang ‘pura-pura baik-baik saja’. Tapi dibelakang orang tersebut aku meredakan rasa kesal dengan melampiaskannya kepada yang lain.
Aku pernah melampiaskan rasa kesal tersebut pada anakku. Aku juga pernah melampiaskan rasa kesal tersebut dengan memecahkan piring. Puncaknya, aku juga pernah melampiaskan rasa kesal tersebut dengan ‘menghargai dan meninggikan’ diriku sendiri di status sosial media. Semua itu aku lakukan demi menutup lubang menganga yang pernah diserang oleh sosok yang bernama ibu sempurna.
Ini tidak benar. Lingkaran setan ini harus berakhir. Jika tidak…
Yaa.. Aku Merasakan Menjadi Pelaku Mom Shaming
Akhirnya aku merasakan berada diposisi ini juga. Tanpa disadari, aku menjadi pelaku mom shaming.
Ketika aku meninggikan diriku sendiri untuk terlihat ‘sempurna juga’, tanpa aku sadari.. Mulutku mulai melakukan hal yang sama..
.. Aku tidak sengaja telah merendahkan Ibu yang lain.
Dan Ibu tersebut sontak memarahiku. Melabeliku dengan berkata bahwa aku selalu merasa diriku yang paling baik.
Ah, beruntunglah aku karena berhadapan dengan tipe penyerang balik yang kemudian mencaci segala kekuranganku. Akupun otomatis segera meminta maaf, berusaha menjelaskan bahwa ‘bukan itu maksudku’ dan berusaha menjelaskan penyesalanku. Tapi apa daya, nasi sudah menjadi bubur. Ternyata, aku berhadapan dengan Ibu yang keras sekali hatinya. Bahkan sudah meminta maaf berkali-kali pun dia malah mengorek-ngorek seluruh keburukanku.
Tapi tidak apa-apa. Semua salahku. Aku yang awalnya sulit memaafkan orang lain. Aku yang kemudian melepaskannya dengan membuat diriku terlihat sempurna. Aku yang kemudian merasa bahwa kesempurnaanku telah menyakiti orang lain.
Its okay. Thats life.
Semua orang pernah berbuat salah bukan?
Memaafkan, Karena Apa yang Mereka Lakukan Adalah Bentuk Pertahanan Diri
Karena pernah tidak sengaja menjadi pelaku mom shaming.. Kini aku sedikit mengerti dengan para pelaku mom shaming. Dan bergumam dalam hati, “Oh beginikah rasanya?”
Beginikah rasanya ingin menunjukkan kesempurnaan karena merasa ‘diserang’?
Beginikah rasanya ‘geregetan’ ketika melihat orang yang bersedih karena hal sepele?
Beginikah rasanya mempertahankan diri dengan melakukan hal yang salah?
Dan aku kemudian belajar berdamai dengannya, kemudian berkata.. “I feel u now.. “
Yah, ada hikmahnya pernah menjadi pelaku mom shaming ternyata. Aku jadi dapat reframing perasaan mereka yang suka merendahkan Ibu lainnya. Mereka itu ternyata lebih menderita. Mereka ingin berekspresi tapi tidak keluar dengan baik. Mereka punya banyak sampah tapi membuang sampah tersebut di tempat yang tidak benar.
Maka, sebenarnya pelaku mom shaming pun perlu pelukan. Mereka terkurung dalam perfeksionis sindrom dan lingkungan yang memaksa mereka untuk sempurna. Mereka tertular oleh para pelaku mom shaming lainnya. Mereka ini.. Sangat kasihan sebenarnya.
Jadilah Orang Baik yang Selalu Menjaga Mulut dan Jarinya
Ah, sungguh rasa bersalah ini membuatku banyak belajar.
“Hei diriku sendiri.. Jadilah orang baik yang selalu bisa menjaga mulut dan jari.. “
Jika merasa diri lebih baik, hanya buktikan dengan tindakan. Jangan merendahkan orang yang masih tidak baik. Tidak ada gunanya.
Jika merasa ingin mengeluh, mengeluhlah di tempat yang benar. Jangan terlihat oleh orang yang keadaannya bertolak belakang denganmu. Bukan empati yang akan kau dapatkan nanti. Jaga hati orang lain dari rasa ingin merendahkan.
Jika ingin menasehati orang lain, pergunakanlah kata-kata yang sesuai dengan karakter orang tersebut. Jika tidak mengenal orang tersebut secara dekat, lebih baik diam saja.
Jika ingin menulis di sosial media, tetaplah menjadi dirimu sendiri. Menulis itu terapi. Dan toh masih banyak yang bilang tulisanmu bagus. Jika ada yang sepertinya tidak suka dengan gaya tulisanmu.. Maka, blok saja mereka. Demi menjaga hati.
Hidup itu simple.
Jangan gengsi meminta tolong.
Jangan gengsi bilang terima kasih.
Jangan gengsi meminta maaf.
Jangan memberi makan ego dengan sesuatu yang tidak benar.
Dan.. Berusahalah reframing dan memaafkan.
Berdamai dan memaafkan adalah kunci dari penerimaan. Agar dapat menjadi pribadi yang lebih baik esok harinya.
Bukankah begitu?
Mengobati Hati Sensitif Plus Gampang Baperan Ala Emak-Emak
Ah, entah kenapa akhir-akhir ini aku merasakan hal itu lagi. Ketika telingaku kadang-kadang mendengarkan hal yang tidak aku inginkan. Ketika mataku kadang-kadang membaca hal yang menyinggung perasaan. Lalu aku merasa tersudut sendiri. Merasa bukanlah seorang Ibu yang baik. Merasa bukanlah pribadi yang baik. Dan sangat tidak pantas untuk berdampingan hidup dengan suamiku, anakku bahkan lingkungan sosialku.
I feel so deppresed..
Lalu, ketika efek ‘stun‘ ini berlangsung cukup lama.. Aku melihat pencapaian orang-orang disekitarku. Aku melihat sosial media tiada habisnya. You know what happened?
Hanya bisa berkata dalam hati, “Oh Tuhan.. Inikah namanya iri hati?”
Tidak mau berlarut terlalu lama.. Akhirnya aku mencoba meyakinkan diri sendiri. “Oke win.. Kamu sedang dalam tahap tidak waras..”
Dan hal yang harus dilakukan sekarang adalah.. Mencari tahu kenapa ini terjadi kemudian mengobatinya.
Penyebab Hati Gampang Baper
1. PMS
Ya.. Ini mungkin salah satunya. Sudah 5 bulan aku berhenti mengkonsumsi pil KB diane yang merupakan pil KB andalanku. Hal ini aku lakukan karena pil itu sekarang harganya mahal sekali. Sungguh jiwa ngirit ku meronta-ronta. Heu.. *kok malah curcol.
Efeknya apa? Efeknya ada siklus yang hilang dalam tubuhku. Yaaa.. Yang seharusnya cewek itu menstruasi paling enggak sebulan sekali.. Malah jadi enggak menstruasi. Tamu bulanan itu lenyap seketika.
Bukan, bukan hamil. Hahaha.
Memang konon katanya.. Kalau sedang menyusui itu.. Siklus menstruasi bisa terganggu. Dan yaa.. Sudah 5 bulan loh aku tidak menstruasi. Jadi aku merasa kalau tubuhku ini agak kurang sehat dan perlu mengembalikan siklus haid seperti dulu lagi.
Bukan hanya merasa kurang sehat secara jasmani, ternyata efeknya juga ke rohani. Ya, siklus PMS yang harusnya terjadi rutin sebulan sekali itu malah selalu tertunda. Jadinya, efek PMS pun menumpuk. Just feel like its a mood swing.. Ya.. Seperti mood swing yang aku rasakan saat hamil. Ini terjadi lagi sekarang.. Saat siklus PMS tertunda. Hiks
2. Tanki Cinta Sekarat
Permasalahan kedua adalah tangki cinta.
Tangki cinta dalam kehidupan dapat diperoleh dari 4 time yang berharga, yaitu Me time, couple time, family time dan social time.
Syukurlah untuk family time dan couple time aku sudah mendapatkannya. Yaa.. Walau memang sih pertengkaran sering terjadi. Tapi itu hal yang wajar lah ya.. Namanya juga berumah tangga. Hihi..
Tapi untuk me time dan social time.. Aku mulai mencapai tingkat krisis. Mood swing yang tidak bisa mengeluarkan hoby menulisku.. Social time yang tidak terlalu bisa aku lakukan semenjak ada bayi. Ada 2 buah tangki kosong yang menuntut sebuah keseimbangan. Dan aku harus bisa mengisinya.
3. Kelelahan Ah.. Gak tau deh. Entah kenapa sejak Humaira bisa merangkak dan merambat.. Aku lumayan kewalahan sama tingkah lakunya. Rumahku berantakan.. Genks! Hahahha
Sementara, aku punya innerchild yang membiasakan diri ‘harus’ memiliki standar rapi seperti Ibuku. Dan kalau melihat rumah berantakan.. Aku stress. Inspirasi pun gak bisa nyantol setiap kali melihat berantakan.
4. Terlalu membandingkan kehidupan dengan orang lain yang diatas
Inilah yang membuatku ‘stun’ bersosial media. Aku merasa seperti timbunan debu diatas langit yang indah. Sama sekali tidak pantas mengeluarkan ekspresi dibanding dengan teman-temanku. Tidak ada pencapaian seru, pun tidak ada hal menantang yang harus dilakukan. Dan yaah.. Kayaknya aku perlu piknik.. Hihi
Padahal bukan sosial media yang salah loh. Sosial media memang diciptakan untuk menuangkan ekspresi baik dan pencapaian. Hanya saja, kalau hati kita sedang tidak baik maka efeknya juga tidak baik. Bukan hanya bersosial media, bertemu dengan teman-teman yang status sosialnya diatas kita pun pasti akan menimbulkan perasaan rendah diri hingga iri hati.
Cara Mengobati Hati Sensitif Plus Gampang Baper
Genks, ini gak baik. Ada yang salah dari diri kita. Ada yang salah kenapa kita tuh selalu baper di tengah-tengah kehidupan. Eh, kita? Aku aja kali.. Haha..
Mari coba temukan solusinya sendiri. Dan mungkin, solusi dibawah ini dapat membantu:
1. Rutin ‘Membuang Sampah’ dengan cara yang benar
Setiap manusia memiliki energi negatif dalam dirinya, aku percaya hal itu. Hanya saja, sebagian dari manusia dapat menyalurkan energi negatifnya dengan benar.. Sebagian lagi tidak benar.
Mereka yang dapat melakukannya dengan benar adalah mereka yang bisa berolah raga untuk mengeluarkan aura negatifnya, mereka yang bisa mengolahnya menjadi suatu karya.. Lukisan mungkin.. Puisi mungkin.. Dan pada puncaknya, mereka yang merasa sudah puas ketika energi itu hanya tertuang dalam sujud dan doa.
Tapi, jika tidak bisa membuang energi negatif dengan cara yang benar bagaimana?
Jawabannya, lakukan saja sesuka hatimu. Selama itu adalah hal baik, kenapa tidak?
Aku sendiri memiliki ruang khusus untuk blackhole di hatiku. Aku memutuskan untuk memiliki privasi tulisan receh dalam kehidupanku. Yaa.. Karena hobiku kan menulis.. Jadi, aku perlu ruang khusus untuk mengobati tulisanku.
Aku punya keluhan. Banyak bahkan. Namun, aku menuangkannya hanya pada status privasi di WA story. Hanya sedikit teman yang bisa melihatnya. Entah kenapa, itu sedikit melegakan. Recehan keluhan itu kadang bisa mengobati hati yang sedang kalut dan bingung.
2. Menjalin hubungan romantis dengan pasangan
Hubungan romantis atau sebuah kerja sama yang baik dari suami istri dapat memenuhi tangki cinta loh. Bahkan memenuhi tangki cinta untuk me time dan social time. Hmm.. Kok bisa?
Karena dalam rumah tangga, hubungan suami istri yang romantis adalah awal dari semuanya. Kerja sama yang benar-benar pas adalah awal dari terbarunya keseimbangan waktu, baik itu me time, family time, couple time dan sosial time.
Gak percaya? Misalnya saja nih, anak sedang super rewel dan mau sama emaknya melulu. Apa jadinya kalau suami tidak mau membantu? Pekerjaan terbengkalai dan tentu saja kita tidak bisa memanjakan diri sendiri. Karena itu, penting banget berkomunikasi dengan baik dan benar.
Karena itu punya suami baik dalam rumah tangga itu adalah ‘koentji’. Bagaimana jika suami susah sekali membantu? Jawabannya, hanya kita yang tahu persis bagaimana caranya. Karena setiap orang punya karakter berbeda. Suamiku yang introvert dan punya daya peka yang agak lambat misalnya.. Maka, aku harus punya skill komunikasi yang berbeda.. Dan ini lama sekali membentuknya Tuhaaan.. Haha..
Ketika tahapan ini sudah dilalui dengan benar, maka perlahan-lahan tangki cinta kita akan penuh dengan sendirinya. Tau kan ya kalau hati perempuan sudah merasa dicintai dan berbunga-bunga.. Apalagi secara finansial suami mengerti ya otomatis istri bisa menjalani hidup dengan nyaman tanpa ada baper dan iri hati..ckck..
Ops, tapi jangan salah dulu..jangan dikira semua akan teratasi instan kalau finansial menunjang ya. Semua ada prosesnya, ujian pernikahan itu banyak. Dan ujian ekonomi adalah krisis yang harus aku lalui dalam 5 tahun pernikahan.
3. Belajar Mencintai Diri Sendiri
Ini adalah hal yang harus kita temukan jika kita tidak ingin virus baper berkepanjangan melintas dalam kehidupan. Kita tidak boleh mendengarkan apa kata orang. Kita harus menggali potensi diri sendiri semaksimal mungkin.
Dan ini akan sangat mudah dilakukan kalau tangki cinta sudah terisi. Hihi..
Biarkan saja orang dengan pencapaiannya.. Biarkan saja orang dengan pendapatnya.. Itu mereka. Dirimu adalah dirimu.. Diriku adalah diriku.
Setiap orang punya lintasan yang berbeda dan kita tidak boleh keluar dari lintasan kita dan tetiba ingin menjalani lintasan orang lain. Woy, semua juga tau kalau itu curang namanya.
Fokus saja dengan tujuanmu sendiri. Buat dinding sendiri dalam lintasanmu. Dinding itu adalah orang yang mendukung dan menyemangatimu. Tidak perlu fokus dengan rumput tetangga. Yaaah.. Rumput tetangga memang hijau sih. Tapi masih lebih bagus rumput dengan warna pink kok.. *eh, emang ada?
4. Melihat keadaan orang yang dibawah plus membantunya
Ini adalah solusi termanjur yang pernah aku lakukan.
Ketika sedang merasa down dan tidak bisa apa-apa.. Maka lihat saja orang yang kehidupannya dibawah. Baik mereka yang dibawah secara ekonomi, sosial maupun hal lainnya. Itu akan membuat diri sendiri berkaca lebih dalam. “Ah, memangnya siapa aku yang baru dikasih ujian baper level satu saja sudah meringis.. “
Karena itu, tidak salah memang ketika para ulama bilang bahwa sedekah akan melapangkan hati kita yang terasa sempit dan tidak nyaman. Memang pada prinsipnya, manusia harus menemukan social time yang benar penyalurannya.
Social time yang bukan hanya berkumpul dengan teman-teman satu passion kemudian menggali potensi diri. Social time yang benar kadang hanyalah memberikan sedekah kepada mereka yang posisinya di bawah kita. Dengan begitu, kita akan merasakan syukur dengan cara yang benar. Bukankah begitu?
Nah, itu dia solusi anti baper ala aku. Memang masih belum sempurna terwujud. Tapi aku yakin, semuanya perlu proses. 🙂
Kita para emak-emak kudu terus bahagia bukan?
Pembelajaran Berharga dari Film Kim Ji Young dan Joker
Emang ya film ini udah basi sih buat dibahas. Tapi gimana ya.. Mamak baru nonton karena baru aja dapet download’annya. Jadi, jangan bilang basi dulu ya. Karena banyak yang bersileweran di otak emak ketika baru nonton film ini.
Konon, film ini banyak kontroversinya. Apalagi Joker, banyak para psikolog kondang yang bilang, “Jangan nonton Joker.. Nanti tambah sakitnya.. Bla bla.. “
Lah.. Aku ketika denger begitu.. Bukannya tambah takut nonton film joker.. Malah tambah penasaran.. Hahaha
Atau film Kim Ji Young yang konon banyak emak-emak pada baper nonton filmnya. Dan disisi lain banyak juga yang bilang, “Jangan nonton Kim Ji Young.. Nanti ikutan gak merasa bersyukur bla bla.. “
Kan kan.. Aku malah makin penasaran. Gimana bapernya sih kehidupan Kim Ji Young.. Haha
Terus, kenapa aku bikin satu blog post untuk membahas dua film sekaligus? Karena eh karena.. Tulisan ini bukan untuk ngereview film, tapi untuk pengingat diri aja. Bahwa banyak pembelajaran berharga setelah nonton film nyesek begini dua hari berturut-turut.
Jadi buat yang pada protes karena nyari review filmnya disini.. Silahkan back halaman ini dan scrool lagi kebawah plus jangan salahin om google. (Gaya si emak, kek tulisan dia bakal page 1 aja.. Biasanya juga jaoooh.. Hahaha)
Nah, ada beberapa hal yang aku pelajari setelah nonton 2 film ini. Dan hal itu diantaranya adalah..
1. Kim Ji Young: Post Partum Depresion dapat terjadi pada Siapa saja..
Sebagai mantan penderita PPD, yang dulu sempat ngamuk-ngamuk plus nangis-nangis sendiri saat membesarkan anak sendirian dibawah ekonomi rumah tangga yang dalam fase pembangunan plus di bawah mamak-mamak perfeksionis yang suka nyinyir sama kehidupan aku.. aku penasaran dengan penyebab PPD yang diderita oleh Kim Ji Young.
Apakah kehidupan ekonominya separah aku?
Apakah komunikasinya dengan suami separah aku? Cobaan pernikahannya separah aku?
Apakah innerchildnya separah aku?
Apakah Lingkungannya separah aku?
Ternyataaaa… Zonk semua. Hahaha..
Bahkan, aku jujur saja bahwa diawal-awal aku nonton Kim Ji Young ini.. Aku sempat julid dengannya. Julid banget malah. Tapi kutahan-tahan sambil berusaha berempati.
Bagaimana tidak? Jujur kehidupan rumput hijau Kim Ji Young itu sempat membuatku merasa iri.
Pertama, dia punya suami yang super pengertian. Kedua, dia bisa menitipkan anaknya di day care. Ketiga, please.. Dia punya sosial life yang berempati sama kondisinya. Keempat, mamaknya buk.. Subhanallah.. Menolong banget sama dia. Kelima, kehidupan ekonominya baik-baik saja.. Sudah punya rumah sendiri dan bahkan mobil sendiri. Sungguh, ingin ku julid dan iri hati saat melihat itu semua. Tapi kutahan-tahan.. Saat melihat orang seperti ini, hati kotorku kadang ingin berteriak, “Hei.. Kamu kurang bersyukur Kim Ji Young..”
Tapi, aku masih berusaha berempati. Bahkan saat mamak-mamak lain pada nangis nonton film ini.. Aku masih berusaha reframing dengan keadaan Kim Ji Young. Dan aku berhasil reframing saat adegan Kim Ji Young ingin bekerja dan ditelpon marah-marah sama mertuanya. Sungguh, saat adegan itu.. Luka lamaku terasa terbuka lagi. Aku teringat dengan kisah lamaku dengan mertua dahulu. Bagaimana sulit ketika lingkungan patriarki bertentangan dengan ideologiku dan bagaimana aku berdamai dengan semua itu.
Pada adegan itu.. Disitulah mamak akhirnya ikutan nangis gaes..
Bedanya, mamak gak ada yang melukin waktu itu gaes.. Malah kiri kanan pada menghakimi. Ya ya ya.. Mamak sudah terbiasa dengan kata-kata “kamu kurang bersyukur.. ” Sehingga.. Saat mamak ingin mengatakan itu kepada rumput hijau tetangga.. Mamak selalu menahannya karena berpikir ulang, “Siapalah aku yang hanya tahu sepersekian persen dari kehidupan seseorang.. “
Dan saat melihat Kim Ji Young plus Support System yang dia miliki.. Aku akhirnya bisa berdamai melihat Rumput Hijau itu. Kemudian berkata, “Ternyata, Post Partum Depresion bisa terjadi pada siapa saja..”
Enggak peduli seberapa banyak support system yang seseorang miliki..
Enggak peduli seberapa sayangnya suami plus Ibu Kim Ji Young..
Kalau orang sudah terkena Post Partum Depresion. Maka yang harus kita lakukan adalah menerima bahwa PPD is Real.
Bukan masalah kurang bersyukur atau tidak. Ini lebih daripada itu saja.
Bahwa, kondisi psikologis orang itu tidak sama. Begitu pula biologisnya.
Ibaratnya, orang berkulit tebal yang terjatuh.. Akan berbeda dengan orang berkulit tipis yang terjatuh. Dalamnya luka mereka sangat berbeda.
Post Partum Depression, dapat diderita oleh siapa saja. Bahkan, oleh Ibu yang terlihat baik-baik saja di sekitar kita. Ibu yang tersenyum saat melihat anaknya di luar sana. Ibu yang terlihat cantik dan biasa-biasa saja. Kita tidak tahu apa yang mereka lalui didalam kehidupannya. So.. Stop bilang bahwa Post Partum Depresion itu diawali oleh “kurang bersyukur” Apalagi “kurang beriman”
2. Joker: Don’t Judge People.. Just Emphaty
Sulit memang untuk tidak men-judge orang-orang spesial ini.
Joker yang selalu tertawa..
Kim Ji Young yang selalu menangis..
Mereka dengan kondisi spesialnya. Yang bukanlah cacat secara biologis. Tapi cacat secara psikologis. Dan itu sulit.. Karena semua sakit itu tidak terlihat secara fisik.
Beda cerita ketika kita melihat orang yang tidak punya tangan, orang yang tidak bisa melihat.. Orang yang tidak bisa berjalan. Maka, Emphaty kita akan tumbuh tanpa bertanya.
Bahkan, saat ramai-ramainya film joker.. Ramai pula sebuah meme bahwa ‘Nabi Muhammad disakiti berkali-kali tapi tetap berbuat baik..’ seolah-olah meme itu diciptakan untuk menyangkal perbuatan joker. But.. Menurutku Itu adalah Toxic Positively. Terutama, untuk penderita mental Illness.
Sesungguhnya, aku pernah bertanya didalam hati. Siapakah tokoh yang diciptakan oleh penulis Batman terlebih dahulu? Apakah Batman? Atau Joker? Apakah penulis membuat pahlawan terlebih dahulu? Atau ‘masalah’ terlebih dahulu? Ah, entahlah..
Dari film joker, aku sungguh banyak belajar tentang Mental Illness. Bahwa penyebab dari mental illness ada 3, yaitu secara Biologis, Psikologis dan Lingkungan. Joker? Dia menerima 3 faktor itu dengan sempurna. Jika aku sulit reframing dengan keadaan Kim Ji Young.. Maka, saat menonton film joker.. Aku tidaklah menangis lagi.. Tapi nyesek, sambil mikir.. Kok ada orang yang hidupnya sebegitu ngenes? Oh, syukurlah ini hanya fiksi.
Tapi, serius..
Dari nonton film joker ini aku belajar untuk memahami kondisi para mental illness.
Tentang Narsistic Disorder yang diderita Penny.
Tentang Skizofrenia.. Dsb..
Para penderita Mental illness membutuhkan obat spesial untuk mengobati penyakitnya. Dan ia membutuhkan lingkungan yang support dengan keadaannya.
Terus, apa yang harus kita lakukan saat bertemu dengan para penderita mental illness? Yang suka ketawa-ketawa melulu.. Yang dikit-dikit nangis melulu.. Yang kalau mereka curhat.. Malah bikin toxic.
Jawabannya.. PURA-PURA SAJA BEREMPATI.
Jujur ya, andai makhluk kayak Kim Ji Young ini berada di lingkunganku.. Pasti dia akan terkena penghakiman demi penghakiman yang tiada habisnya.
Something like, “Eh please deh.. Suami lo tuh udah mapan.. Lo kerjaan nangis-nangis gak jelas. Mau kerja apa? Gajih lo juga gak bakal cukup.. Bla bla.. “
Or something like, “Lo tuh kurang apa sih? Tuh anak juga bisa dititipin. Lo juga bisa ketemu sama temen-temen.. Coba nih guweeh.. Gue jadi upik abu aja di rumah sepanjang hari sama 5 anak gue yang kecil-kecil.. “
Please.. Jangan teruskan penghakiman demi penghakiman diatas. Itu menular. Serius. Aku pernah mengalaminya. Aku bahkan juga pernah tidak sengaja menjadi pelaku mom shaming gara-gara rantai ‘judge’ yang tidak ada habisnya ini.
DENGARKAN SAJA keluhan demi keluhan yang disampaikan oleh orang yang jiwanya tersakiti ini. Jika tidak bisa mendengarkan dengan baik maka PURA-PURA MENDENGARKAN SAJA. Sungguh, itu sangatlah cukup.
Syukur-syukur kalau emphati kita yang berawal dari pura-pura saja itu dapat berbuah senyuman dari mereka. Bagi penderita mental illness.. Lingkungan yang tidak Toxic Positively itu menentramkan jiwa mereka. Mereka membutuhkan Emphaty dan obat.
3. Berekspresilah secara baik, karena ekspresi yang ditahan dan meledak itu sangat tidak baik
Jujur, aku telah menghadapi orang dengan Mental illness berkali-kali.
Aku punya salah seorang keluarga yang terkena skizofrenia. Dan aku sendiri adalah mantan penderita PPD. So, i know Mental illness so well.
Ada satu hal yang aku garis bawahi sebagai penyebab mental illness yang utama. Dan hal itu adalah selalu menahan ekspresi.
Sedih.. Ditahan..
Marah.. Ditahan..
Sabar katanya.. Sabar katanya..
Kenyataannya, sabar itu tidak bisa restok begitu saja. Ada proses cinta dalam menciptakan kesabaran. Apabila proses cinta itu zonk.. Maka sabar itu mencapai batasnya. Dan akan keluar ekspresi yang berbeda untuk pertahanan psikologis seseorang.. Something like.. Sedih.. Marah.. Bahkan benci.
Ekspresi itu.. Tidak bisa selalu ditahan jika tidak diimbangi dengan cinta. Jika selalu ditahan plus ditambah dengan lingkungan yang negatif maka ia akan menjadi bom yang dapat meledak kapan saja. Maka, jika stok cinta sedang sekarat.. Sangat perlu untuk menyalurkan ekspresi negatif itu.
Sebagian orang ‘normal’ akan menyalurkannya dengan elegan. Salah satu hal yang paling efektif adalah dengan melakukan hal yang paling disenangi. Itu sih ya.. Orang normal yang punya penyaluran yang tepat.
Bagi orang dengan kondisi ‘spesial’ maka sangat penting untuk menuangkan ekspresi ini dengan cara yang spesial pula.
Aku punya beberapa teman yang menuangkan ekspresi negatifnya dengan berolah raga. Berlari, meninju, hingga yoga. Dan itu memang efektif. Aku juga punya teman yang suka berteriak-teriak dilapangan lepas dan sunyi jika emosi, ada pula yang berkaraoke ria. Tapi, tidak semua orang punya waktu spesial untuk itu. Terutama, untuk emak-emak rempong yang tidak punya support system.
(Eh, jangan ditanya kenapa aku punya banyak teman yang aneh-aneh. Itu karena aku punya kepribadian melankolis plegmatis yang dapat berempati plus baper berlebihan sehingga memang kadang virus negatif suka hinggap dari teman.. )
Dalam kasus Kim Ji Young, ia menemukan solusi dalam berekspresi dengan menulis. Aku rasa, inilah hal paling simple dan elegan yang bisa dilakukan oleh para Ibu Rumah Tangga ketika dalam keadaan stress. So.. Jangan judge Para Ibu-ibu yang hobi update status dan menulis. Walau tulisannya jelek sekalipun. Bisa saja.. Itu adalah healing version miliknya.
Dalam kasus Joker, ia mencoba mencari kesenangan dengan menjadi pelawak. Ya.. Semua orang perlu berekspresi. Termasuk penderita Mental Illness. Biarkan saja mereka. Jangan ganggu kehidupan mereka. Karena, ekspresi yang ditahan dan meledak itu justru berbahaya. Seperti halnya yang dilakukan joker dengan membunuh.. Kim Ji Young yang tidak diobati segera pun mungkin saja berakhir demikian jika ia tidak menemukan solusi dengan menulis.
So.. Mak emak narsis dengan selfie-selfie..
Mak emak nulis status sesuka hati..
Mak emak tetiba pakai lipstik gonjreng..
Biarin aja mah.. Hidup ya hidup diaa..
Bukan cuma mak emak.. Semua orang juga.. Single juga.. Just enjoy your life dan berekspresilah secara baik. Selama itu tidak menyakiti hati orang lain.. Kenapa tidak?
Ekspresi itu menyembuhkan hati yang terluka. Kita tidak tau, dengan ekspresi itu.. Orang-orang ini akan berbuat kebaikan untuk orang yang disayanginya.
Biarkan saja ekspresi itu, sampai ekspresi itu membuahkan empati dari orang yang disayanginya. Kemudian akan muncul cinta. Saat cinta itu muncul.. Maka ekspresi akan berubah menjadi positif. Dan itu semua perlu proses.
Orang-orang dengan Mental Illness ini memang toxic sekali ekspresinya. Dikit-dikit ngeluh.. Dikit-dikit nangis. Kita? Kalau tidak suka dengan semua itu gampang sekali solusinya. Tinggal unfollow, mute, hide. Toh, kita juga bukan psikolog yang bisa selalu menjadi tempat sampah bukan?
Biarkan saja orang berekspresi. Karena ekspresi yang ditahan itu tidak baik. Trust me.. Selama ekspresi itu tidak berbahaya.. Maka biarkan saja.. Biarkan hingga orang yang ia sayangi menyadarkan dan memeluknya.
4. Pertahanan Spiritual itu Penting Banget
Well, jika ada yang bertanya.. Apa yang menyembuhkanku dari PPD dahulu? Maka pertahanan spiritual adalah salah satunya.
Selain dengan membebaskan ekspresi, pertahanan spiritual dengan berdoa dan menangis sesuka hatiku adalah hal terbaik yang bisa aku lakukan.
Aku memang bukan orang verbal. Yang bisa merangkai kata dalam berdoa. Suaraku bahkan punya 5 versi berbeda. Karena itu aku lebih suka menangis dan menulis.
Curhat dengan Sang Pencipta adalah solusi terbaik.
Jangan ditanya kapan waktunya. Kadang aku bahkan tidak meluangkan waktu khusus. Ada panggilan di malam hari tapi malah aku abaikan karena kelelahan mengasuh bayi. Tapi, percaya saja.. Allah ada di mana-mana.
Saat memeluk bayi dan meminta maaf padanya maka ucapkanlah kata itu.
Astaghfirullah hal aziiim.. Menangislah sejadi-jadinya. Sesungguhnya, itu adalah doa.
Allah memahami bahwa itu adalah rintihan untuknya. Maka, ucapkanlah doa itu di dalam hati. Tulislah di selembar kertas barang sejenak.
Itu tidak instan mengobati memang. Tidak seampuh obat. Tapi itu.. Cukup menenangkan..
Dan pertahanan tipe ini.. Tidak dimiliki oleh Kim Ji Young maupun Joker.. Juga oleh April dalam Film Revolutionary Road.
Kita punya modal dalam menciptakan kesembuhan Mental Illness. Dan salah satunya adalah Iman. Konon, iman memang tidak dapat menggantikan cinta.
Tapi, iman dapat memanggil cinta.
Begitulah pergerakan syukur yang benar. Penderita mental illness bukanlah orang yang kurang bersyukur. Mereka hanya orang biasa yang butuh ruang untuk mengeluh.. Dan mereka sedang belajar untuk mengeluarkannya dengan cara yang benar. Bukankah mengeluh adalah tahap awal cara kita belajar arti syukur?
Yah, demikian curcol emak tentang 2 film ini. Banyak bukan pelajaran yang bisa diambil? Setiap film punya pesan positif tersendiri, tergantung dari mana sudut pandang kita memahaminya.
Tapi, memang betul kata psikolog kondang itu. Jika sedang terkena mental illness atau baru sembuh dari mental illness atau yaaa.. Kondisi spesial lainnya.. Lebih baik untuk tidak menonton film ini. Karena luka lama akan teriris pada bagian yang tidak kita sadari. So, berani nonton 2 film ini? Yakinkan dulu bahwa Anda benar-benar dalam kondisi positif dan nyaman. 🙂