Bincang-Bincang Pasutri: Siapa Yang Megang Duit Dalam Rumah Tangga
“Kesel banget. Kesel. Suamiku itu bla bla bla bla…”
Sebuah curhatan terbuka yang aku baca di sosial media terkait dengan keuangan rumah tangga. Cerita singkatnya, sang istri kesal karena tidak diberikan kepercayaan dalam memegang 100% keuangan rumah tangga. Aku melihat kolom komentar. Sebagian mengutuki suami yang terkesan pelit. Sebagian yang lain ‘puk puk’ pada penulis status, menyuruhnya untuk terus sabar dan berdoa dalam ujian ini. Ada pula sebagian yang lain yang beradu nasib, menceritakan bahwa jatah bulanan sang penulis status ‘masih mending’ dibanding dengan dia yang hanya diberi sekian rupiah saja.
Jujur, Membaca fenomena ini aku jadi teringat tentang kisah rumah tanggaku sendiri. Hehe..
Siapa yang Megang Duit dalam Rumah Tangga?
Sebenarnya, topik mengenai keuangan demikian jauh lebih baik dibicarakan sebelum menikah. Disini, aku bukannya menghalalkan pacaran yah. Hanya saja, tentu ada dong pendekatan sebelum menikah. Entah itu taaruf atau apa. Nah, dalam fase demikian.. Topik tentang keuangan dan pertanyaan tentang nafkah sebenarnya harus diperbincangkan dan disepakati oleh kedua belah pihak.
Dalam sebagian masyarakat kita, mungkin pembicaraan ini terdengar tabu. Apalagi jika topiknya mulai diangkat oleh pihak perempuan. Tak sedikit loh, pihak laki-laki yang mungkin akan berpikiran, “Matre ya nih cewek?”
Jujur, aku sendiri menganggap topik demikian adalah topik terlarang dahulu. Dan andai bisa mengulang, aku akan ulang. Haha.
Dulu, aku berpikir bahwa membahas keuangan itu gak banget. Apalagi jika tau bahwa status finansial calon laki-laki dibawah kita. Jadi, entah kenapa kalau membahas hal demikian takut sekali kalau-kalau calon pasangan tersinggung. Padahal, suka tak suka.. masalah finansial ini adalah akar serabut dari kekuatan pondasi rumah tangga.
Tak melulu sebenarnya membahas finansial tentang membahas gajih atau tentang siapa yang memegang. Membahas finansial berarti mulai terbuka tentang isu kebiasaan finansial masing-masing. Misalnya mengetahui bahwa calon pasangan punya trusted issue dibagian apa, punya sandwich generation atau tidak. Bahkan hal remeh seperti kebutuhan primer, sekunder dan tersier bagi calon pasangan saja harus diperbincangkan. Ada loh, yang ngerasa bahwa kebutuhan sekunder kita itu adalah kebutuhan tersier baginya. Dan ketika ini terbawa dalam rumah tangga, bisa-bisa kita yang dianggap tak bisa mengelola keuangan.
***
Well, back to.. Siapa yang megang duit dalam rumah tangga?
Yakin deh, 90% dari pembaca akan menjawab “Istri dong!”
“Karena yang ke pasar kan istri, yang bayar ini itu kan istri.. Bla bla”
Tapi, tahukah kalian bahwa tak semua ‘istri’ kompeten dalam memegang duit?
Dalam beberapa kasus, ada kejadian dimana istri tak bisa berempati dengan kondisi finansial keluarga. Diberikan uang 100%. Namun semuanya habis. Padahal uang yang diberi lebih dari cukup. Misal, diberikan 15 juta untuk keperluan rumah tangga dengan 1 anak. Namun setiap bulan uangnya habis tak bersisa. Setelah dicek, ternyata sang istri senang hang out dan belanja kebutuhan tersier.
“Tapi kan win, itulah tantangan bagi suami.. Supaya nyari duit lebih rajin dan istri terawat..bla bla..”
You do you sih… Tapi, dalam kasus demikian. Kalau sering terjadi maka bukan tak mungkin suami akan kehilangan kepercayaan. Suami yang punya tujuan keuangan dan memikirkan masa depan pasti berpikir, jika setiap bulan uangnya habis tak bersisa dan istri tak punya tujuan keuangan yang baik maka ia harus menerapkan aturan berbeda.
Itulah kenapa, tak melulu sebenarnya pemegang duit dalam rumah tangga itu 100% harus diserahkan pada istri. Konsep terbaiknya adalah dipegang oleh ‘Yang terbukti bisa mengelola uang lebih baik’. Bukan cuma aku loh yang bicara begini. Mostly, Financial planner juga berkata demikian.
Uang jauh lebih baik dipegang oleh istri ketika ia memiliki pasangan yang boros. Suka berjudi misalnya. Suka berinvestasi bodong misalnya. Tak punya tujuan keuangan yang jelas. Sebaliknya uang jauh lebih baik dipegang oleh suami ketika istri tak paham cara mengelola keuangan.
Tapi, akan jauh lebih baik lagi kalau suami istri sama-sama paham tentang finansial. Tentang cara mengatur budget masa kini, mengalihkan sebagian uang untuk masa depan. Sama-sama punya tujuan keuangan yang baik dan benar. Nah, yang demikianlah kerja sama terbaik. Ketika suami istri saling percaya pada keuangan masing-masing dan punya tujuan keuangan yang selaras.
Pentingnya Suami Istri Punya Tujuan Keuangan Yang Sama
Jujur, butuh waktu sepuluh tahun bagiku untuk memiliki tujuan keuangan yang sama dengan suami. Awal menikah itu… Aduuhai.. Pertengahan menikah… masih… waduuh… Sampai 10 tahun menikah dan konflik besar tentang finansial mulai meledak di keluargaku. Tapi Alhamdulillah, sejak konflik itu pula akhirnya perlahan kami bisa memiliki tujuan keuangan yang hampir selaras. Jadi, untuk kalian yang belum memiliki tujuan yang sama dengan suami.. Dont give up!
Seorang ‘aku’. Yang punya latar belakang ilmu ekonomi lumayan bagus, memahami konsep investasi, bahkan punya berbagai skill menghemat demi survive (Maap sombong kelewatan)… Ya.. seorang aku saja bahkan tak dipercaya untuk memegang keuangan rumah tangga dahulu. Butuh waktu lama loh agar aku bisa mengelola kembali keuangan rumah tangga. Dengan pengalaman rumah tangga yang beragam. Aku sempat ngerasain gimana survive dengan uang bulanan 1-2 juta.
Mempercayakan keuangan pada suami selama hampir 10 tahun membuatku mengubur tujuan keuanganku sendiri. Suami berhasil membuat bisnisnya grow. Sementara aku harus bertahan mengubur keinginanku untuk menyekolahkan anak pada sekolah yang baik. Suami berhasil merenovasi rumah dan merekrut pegawai. Sementara aku mengubur keinginanku untuk bisa kuliah lagi atau sekedar memiliki ART untuk membantu di rumah. Jika saja konflik besar tak pernah singgah dalam hidup kami maka sampai sekarang pun mungkin aku masih begitu.
Alhamdulillah perlahan kami mulai punya tujuan keuangan yang sama. Keuangan perusahaan mulai dipercayakan padaku. Aku mengalokasikannya pada investasi aman dan berujung surplus. Profit dalam investasi sudah setara dengan jatah bulananku sebelum konflik. Pegawai kami bertambah. Inovasi produk mulai dikembangkan.
It means, hei kaum adam.. Jika memiliki pasangan yang baik. Percayakanlah hartamu padanya niscaya dia memberikan hal yang jauh lebih berharga.
Aku merasa berharga sejak bisa mengelola manajemen dan keuangan perusahaan. Kalau diukur, sejak aku bekerja pada perusahaan ini.. Tingkat profitabilitas perusahaan menaik. Bukan membanggakan diri. Namun ini adalah sedikit teguran pada kaum adam yang memiliki tulang rusuk yang baik. Rawat dia. Dia akan merawat kamu dan apa yang kamu miliki berkali kali lipat.
Aku sendiri tak meminta diberikan hal materialis untuk pekerjaanku sehari-hari. Bagiku, hadiah terbaik seorang suami pada istri adalah selarasnya tujuan keuangan. Aku berdoa hal itu setiap hari semenjak konflik itu. Alhamdulillah satu per satu jalan ditunjukkan oleh Allah.
Seminggu yang lalu entah kenapa suami punya schedule untuk bertemu dengan seorang pencerah. Pakar fintech dari pulau seberang yang menceritakan riwayat hidupnya. Dari situ suami sadar bahwa menyekolahkan anak bukanlah melulu dilihat dari biayanya yang mahal. Tapi sebuah kewajiban. Mengupayakan yang terbaik untuk anak berarti mengupayakan investasi terbaik dunia akhirat.
Bagiku, mengupayakan yang terbaik untuk anak adalah tujuan keuangan inti. Selama 11 tahun menikah aku tak pernah menuntut suami untuk mengajak liburan ke sini situ, staycation di hotel, atau bahkan membeli mobil. FYI, transportasi kami masih memakai kendaraan. Mengherankan memang jika dilihat tetangga. Padahal uangnya ada. Tapi bagiku itu tidak begitu prioritas.
Taukah hal yang menyenangkan ketika tujuan keuangan suami istri itu selaras?
Setiap malam kami bisa berbicara ‘mimpi’. Mimpi kelak perusahaan bisa besar. Mimpi kelak anak-anak bisa menggapai mimpinya karena kami mengusahakan yang terbaik bagi mereka. Mimpi kelak kami mungkin bisa punya waktu untuk ibadah impian. Mimpi kelak bisa liburan.
Kita dan pasangan kita mungkin berbeda. Tapi setidaknya, milikilah pasangan yang menghargaimu dan memiliki mimpi sama denganmu. Dengan pasangan demikian.. Dirimu tidak menyusut, tapi terus bertumbuh.
Aswinda Utari
Skill Rahasia Istri Agar Tujuan Keuangan Selaras
- Be Demokratif Wife
Kebanyakan perempuan yang bermindset permisif cenderung penurut dalam berkomunikasi dengan suami. Komunikasi hanya satu arah. Tugas perempuan hanya ‘manggut’. Apakah bisa tujuan keuangan rumah tangga selaras dengan demikian?? No!
“Kamu aku kasih 2 juta aja ya sebulan, cukup kan?”
“Tapi kan pemasukan kita 20 juta bang..”
“Loh, tapi kan pengeluaranku banyak. Kamu kan cuma buat 2 anak dan aku. Aku buat 4 orang pegawai, belum buat ini itu bla bla..”
Permisif wife: “Oh..gitu ya..oke deh..”
Demokratif n Smart wife: “Oh, tapi kalau selamanya 2 juta. Keluarga kita begini begini aja loh. Aku begini aja. Anak ya begitu aja. Kita hidup sekedar hidup. Bang, aku tau kok abang juga punya simpanan. Coba deh simpanan itu gak ngendap di bank aja. Ditaroh diinstrumen aman aja kayak sukuk atau RDPU, returnnya udah lumayan buat nambain bulanan aku dan anak. Dan gak ganggu cashflow juga..” (Sambil menyajikan chart Reksadana Pasar Uang)
Jangan takut menjadi istri yang demokratis. Jangan takut jadi cerdas. Istri yang demokratis itu bukan kaum matriarki yang mencak-mencak pada laki-laki. Justru istri yang demokratis yang peduli pada suami dan keluarganya. Selamanya jadi istri permisif? Percaya deh, tujuan keuanganmu gak akan grow.
- Semepet apapun, Belilah SkinCare!
Skill kedua yang sering diabaikan kebanyakan perempuan yang sudah berstatus menjadi Ibu. Mengabaikan perawatan diri untuk merawat keluarga.
Bagus sih. Bagus aja. Tapi semepet mepetnya jatah bulanan. Belilah skincare. Gak harus mahal. Level Viva pun bagus. Aku juga memakai brand ini dalam jangka waktu cukup lama. Sewaktu menyusui pernah banget membatasi budget skincare di angka 50k sampai 100k sebulan. Seiring waktu membaik.. *sejak paham dengan endorse dan job sampingan..wkwk..
Intinya, rawat diri untuk kebaikan mata suami. Agar berkomunikasipun nyaman dan dihargai.
3. Semepet apapun, Masak Dengan Cinta
Masak dan no masak masih sering jadi perdebatan di sosmed. Aku sendiri sih masih bingung dengan yang suka berdebat dengan ini. Kan kita beda-beda tho? Kok ngotot gitu.
Kalau aku pribadi, gak berfokus pada bagaimana ribet dan membuang waktunya memasak. Tapi berfokus pada masak dengan cinta. Dalam artian, jika itu ribet dan membuat kita terganggu untuk mengerjakannya. Dont do it. Kerjakan jenis masakan yang membuat kita senang mengerjakannya. Dan membuat waktu kita tak terbuang banyak.
Sesimple-simplenya masakan kita, saat mengerjakannya dengan cinta dan menyajikannya dengan senyuman maka akan berdampak pada yang memakannya. Itulah yang aku percayai selama ini. Suamiku sendiri jujur berkata bahwa lebih menyukai aku yang memasak telor ceplok dan mie dengan senang. Dibanding membakar ikan atau membuat rendang yang membuat badan agak bau dan wajah merengut. Haha.
Aku tau, memasak mungkin adalah skill bertahan hidup. Tak melulu tentang tugas perempuan. Tapi, untukmu yang ingin ‘skill komunikasi dengan suami’ terjalin lancar.. Masak dengan cinta. Its work!
4. Pelajari Ilmu ‘Ehm Ehm’ di Wainodshop
Tau gak apa itu ilmu ehm ehm..?
Wah, kalau gak tau kalian wajib berkunjung ke instagram @wainodshop . Jujur ini bukan endorse ya, Tapi sudah sekitar 1 tahun ini aku memfollow wainodshop. Toko lingerie yang sering ngasih edukasi tentang ehm ehm. Tabu? No. Ini berguna banget buat para istri yang buntu dalam berkomunikasi dengan suami. Hihi..
Wainod shop ini sukses meracuniku untuk membeli beberapa edisi lingerienya. Aku terbantu dalam beberapa kontennya di instagram. Jujur, meski sudah 10 tahun lebih menikah. Beberapa kontennya adalah ilmu baru bagiku.
Apa dampaknya mempelajari ilmu ehm ehm? Wah, percaya deh. Satu ilmu ini khatam.. 3 skill yang aku sebutkan diatas mungkin damagenya tak bisa dibandingkan. wkwk
Thats why, kalau diluar sana kalian melihat seorang istri yang tak bisa masak, komunikasi agak plin plan, gak bisa pakai make up.. Tapi suaminya sayaang banget. Apa aja dikasih.. Deuh! Bisa-bisa ilmu ehm ehm ini dia udah khatam. Wkwk.. canda serius.
Dan tentu saja, masih ada skill lain selain 4 skill diatas. Aku sudah nulis diatas sebelumnya bukan.. Bahwa aku seringkali berdoa agar tujuan keuangan kami bisa selaras. Jangan remehkan pula kekuatan doa. 🙂
Jadi, Siapa yang pegang duit Rumah Tangga? Bicarakan dan jangan bosan berkomunikasi.