Browsed by
Category: Renungan Hidup

Tulisan-tulisan yang berisi pengingat tentang kebaikan terinspirasi dari berbagai hal

Mana Pilihanmu: Menikahi Cowok yang punya Banyak Mimpi atau Realistis?

Mana Pilihanmu: Menikahi Cowok yang punya Banyak Mimpi atau Realistis?

Pernahkah dalam hidupmu, tangan kiri dan kananmu seakan ditarik oleh dua orang cowok berbeda? 

Yang satu adalah sahabatmu, sedangkan yang satunya adalah orang yang membuatmu terpesona dalam pandangan pertama. 

Ini bukan tulisan ‘sok laku’. Tapi, ini tentang cerita sebuah pilihan. 

Dimana pilihan itu, akan mengubah jalan hidupmu. 

Tentang Petuah Mamak dalam Memilih Pasangan

“Kamu anak perempuan satu-satunya win, kalau pilih pasangan carilah yang agamanya bagus. Dan derajatnya diatas kita. Supaya kelak enggak direndahkan orang..”

Tapi seiring berjalan waktu, petuah itu berubah lagi.. 

“Kamu anak perempuan satu-satunya win, carilah pasangan yang agamanya bagus. Dan pekerjaannya tetap. Supaya kelak hidupmu enggak susah..”

Melihat gelagat anaknya tak kunjung memiliki pacar di usia semester 5 kuliah, bahkan malah jingkrak-jingkrak tidak karuan dengan berbagai boyband. Maka petuah mamak pun berubah lagi.. 

“Kamu anak perempuan satu-satunya win, carilah pasangan yang umurnya enggak seumur sama kamu. Perempuan itu cepat tua. Kalau kamu naksir cowok kayak di TV itu. Ketika sudah punya anak kalian bakal kayak Mamak sama anaknya.. Carilah minimal yang beda umurnya 5 tahun..”

“Tapi Oppa Yunho umurnya 7 tahun diatas aku Ma.. ” Sahutku iseng.

Dan akupun ditimpluk. 

Ah, Mama saat itu belum tau saja. Biarpun keranjingan dengan boyband korea hingga tergabung dalam komunitas game. Serta terlihat sebagai anak rumahan banget. Tetapi, aku ada yang naksir kok. Uhuk. 

“Siapa yang sering ngantar kamu pulang win? Itu temen SMA kamu dulu ya?”

“Iya ma, cuma temen.”

“Lain kali ajaklah makan di rumah..”

Aku mengiyakan sambil ber ‘hehe’. Entahlah feeling Mama tajam sekali. Baru juga sekian kali temanku itu mengantarku pulang. Tapi sudah yakin dan kepedean sekali kalau temanku itu naksir aku. Heh, siapa lelaki yang berani naksir cewek yang sepanjang perjalanan banjarmasin-pelaihari topik pembicaraannya hanya tentang naruto, ninja saga, hingga boyband. Hanya lelaki sangat bodoh yang naksir dengan cewek demikian. Mama riang sekali mengira teman lelakiku itu naksir denganku. Padahal, yang kelihatannya positif naksir denganku itu adalah.. 

Asisten dosen di kampusku. Huahahha.. 

Akupun langsung mengingat petuah-petuah Mama. 

-Agamanya bagus ✅

-Pekerjaan tetap ✅

-Lebih tua 5 tahun ✅

-Bukan personil boyband ✅

Oke ma, kelak kalau suatu hari dia ‘nembak’ aku maka akan aku ceritakan bahwa dia adalah kriteria mama. 

Cinta dan Impian Lalu Kenyataan

Aku tidak tau seperti apa persisnya rasa cinta itu. Hingga kuliah, aku hanya memiliki satu sahabat lelaki yang cukup dekat denganku. Aku tidak malu menjadi ‘apa adanya’ diriku saat di depannya. Bercerita tentang game terbaru, film terbaru, album boyband terbaru, curhat bombay saat memiliki drama dengan teman. Perasaan saat itu.. Tidak ada rasa ‘berdebar’ dan gugup. Layaknya aku membicarakan sasuke atau yunho. *halah

Tapi, aku merasa sangat nyaman bersahabat dengannya. Aku toh tidak perlu merasa tidak nyaman. Berpikir kalau-kalau dia naksir aku misalnya. Hanya cowok tidak waras yang bisa naksir diriku apa adanya. Terutama kalau sudah tau tentang gilanya aku dengan boyband. Lalu betapa konyolnya wajahku ketika dijenguk saat terkena DBD dan tanpa make up satu pun. Belum mandi pula. Sungguh image itu hancur sekali. 

Tapi, dugaanku salah. Persis saat aku bilang kepada temanku bahwa aku sedang ‘kesenangan’ karena chatting dengan asisten dosen di kelasku tentang sebuah kasus di kelas dengan (mungkin) wajah bersemu dan bersemangat. Maka, malam itu dia mengatakan perasaan yang sungguh aku tidak pernah menyangka sebelumnya. 

Aku sungguh tidak tau kalau dia memendam perasaan padaku sedemikian lama. 

Dengan pernyataan semendadak itu. Mungkin aku bagaikan ‘Princess Anna’ yang sepersekian lama baru sadar kalau Kristoff ternyata suka padanya. Tapi bedanya, aku benar-benar hanya menganggapnya teman curhat, sahabat baik, atau entahlah apa itu. Tidak ada feeling yang lebih. Hanya perasaan nyaman. Dan aku meyakinkan diriku bahwa itu.. Bukan cinta. 

Berbeda dengan saat aku bertemu dengan asisten dosenku. Penuh semangat, penuh kata-kata motivasi, penuh rasa ingin tahu.. Dan, dia membimbingku kearah jalan yang tidak pernah aku telusuri sebelumnya. 

“Aku tidak tau persis apakah orang yang bisa membuatmu bersemangat itu adalah perasaan cinta? Atau itu hanya sesaat saja..”

Tapi jalan-jalan yang ia nampakkan padaku adalah sesuatu yang realistis. Segala yang ia katakan kepadaku adalah kejujuran, tidak ada bawang di dalamnya. Dia.. Tidak menjanjikan apa-apa padaku.

Entahlah, aku hanya suka saja dengan lelaki yang berpandangan seperti Han Ji Pyong. Bukan berlayar tanpa peta. Tetapi berlayar dengan mempelajari peta, mencari peta. 

Jika Dal Mi bersemangat ketika berlayar tanpa peta.. Maka mungkin aku sebaliknya. 

Mungkin, karena sahabatku itu seumur denganku maka tujuan hidup kami sama-sama abstrak. Mimpi kami sama-sama tidak jelas. Kami masih sama-sama memiliki sisi kekanakan. Dan impian coret tulis coret tulis. Tetapi sahabatku itu selalu memiliki mimpi yang baru. Setiap dia memiliki project, dia memberitahuku seakan minta aku semangati. Dan kami selalu menyemangati satu sama lain. Menghibur satu sama lain. Ketahuilah, punya sahabat cowok itu sangat nyaman. Tidak banyak drama layaknya memiliki sahabat cewek. Setidaknya, sebelum aku tau kalau perasaan itu ternyata ada kemudian menimbulkan ketidaknyamanan. 

Apa yang aku lakukan ketika diriku yang ternyata tak laku-laku tetiba ditaksir cowok secara bersamaan?

Aku langsung merenungi perkataan Ayahku. 

Memilih Berlayar Tanpa Peta Atau Mencari Peta

I’m a Realistic Person

Banyak sahabat yang bergunjing dibelakangku bahwa aku memilih lelaki yang sekarang karena dia memiliki pekerjaan tetap. Tapi, tidak banyak yang tau hal ini bukan?

Bahwa orang yang aku pilih memiliki banyak adik, seorang sandwich generation, seorang anak yatim. PNS dengan gajih yang 50 persen bahkan lebih dipotong untuk hal-hal demikian bukanlah orang yang kokoh secara finansial. Bahkan rentan bangkrut jika suatu hari adik-adiknya juga ikut bertumpu. Terancam tidak memiliki rumah sendiri seumur hidup. Orang mengira aku memilih karena sebuah kepastian masa depan. Padahal, bukan karena itu. 

FYI, kalau boleh jujur mungkin nasib sahabatku jauh lebih baik. Dia anak tunggal, tidak ada tanggungan. Punya banyak space untuk meneruskan mimpi. Tinggal satu daerah denganku sehingga aku mungkin tak perlu berpisah dengan Mama. Bahkan aku bisa meneruskan cita-citaku. Tapi segala mimpinya mungkin tak sejalan denganku. 

Aku memutuskan untuk menjawab ‘Yes’ pada hadiah buku yang dikirimkan oleh Asisten Dosenku.. 

Buku yang surat pembuka didalamnya telah mengunggah hatiku:

…Honestly

I can not commit any promises that every letters that we engraved together are about fulled with good story. 

There can be some chapters that narate sorrow and sadness. Also, I can not promise that the end of our story that we will make it through will be has beautiful ending because.. 

.. I  realize there’s no one who is driving their own fate.. 

Akupun mengetahui latar belakang, masalah hidupnya. Mulai dari masalah finansial hingga masalah psikologis. Tapi, dia jujur padaku bahwa.. 

Dia tidak bisa menjanjikan apapun. 

Entahlah, itu adalah ‘versi bucin’ tergila yang pernah aku rasakan. Ketidakpastian.. Tantangan.. Kegilaan.. Bagiku itu adalah kejujuran yang membangun sebuah komitmen. 

Aku pun langsung teringat petuah Ayahku. 

“Win, kalau milih pasangan itu jangan yang gombal. Banyak menjanjikan macam-macam. Atau, jangan memilih yang tidak punya arah yang jelas dalam hidup. Pilihlah yang dewasa, yang realistis. Yang bisa menunjukkan padamu kalau dunia ini gak selamanya indah. Yang mengajakmu untuk berjuang bersama bukan menjanjikan padamu untuk berstatus layaknya putri raja..”

-Ayah

Aku, memilih seseorang yang tak menjanjikan sebuah kebahagiaan untukku. Tapi mengajakku untuk sadar, bahwa hidup ini bukan tentang mencari bahagia saja. Tetapi juga menghadapi ketidakbahagiaan.. Bersama. 

Win? Bukannya memilih berlayar mencari peta? 

Bukankah aku bilang mencari? Bukan tanpa peta? 

Menghadapi ketidakbahagiaan lantas mencari titik-titik perhentian adalah definisi dari mencari peta untukku.. 🙂

NB: Aku menulis tulisan ini ketika sedang bertengkar dengan suamiku. Lantas membaca lagi kata-katanya dalam buku pertama. Aku menulis ini bukan sedang untuk bernarsis ria dengan masa mudaku. Tapi untuk meyakinkan diriku sendiri bahwa.. Akulah yang memilih menghadapi risiko bersama. 

Iya, bersama.. 🙂 

Mengintip Cara Setan Menggoda Manusia: Tontonlah Girl From Nowhere

Mengintip Cara Setan Menggoda Manusia: Tontonlah Girl From Nowhere

“Ma, bagaimana cara setan menggoda manusia?” Pica bertanya dengan lugu padaku. 

“Tidak ada yang tahu persis caranya. Tapi setan selalu memanfaatkan celah hitam dari hati manusia..”

“Celah hitam?”

“Rasa iri, benci, ingin lebih baik, obsesi tak terkendali, setan suka sekali memanfaatkan hal itu..”

“Bagaimana persisnya Ma?”

“Entahlah..”

Bagaimana Jika Iblis dan Setan Menyamar Menjadi Manusia? 

Adalah Nanno. Karakter perempuan utama dalam film Girl From Nowhere. Tidak ada yang tau persis dari mana asalnya dia. Tapi, dia selalu berpindah sekolah. Menyamar menjadi murid perempuan lantas mencari jiwa-jiwa gelap di sekolah. Mencoba bergaul dan berteman dengan mereka. 

Uniknya, jiwa gelap itu bukan terpasang dari karakter yang jahat dari luar. Tapi, most of them adalah karakter yang ‘terlihat baik’. Nanno menggali jiwa gelap itu dengan masuk kedalam kehidupannya. Tidak lantas langsung membisikinya tetapi hanya masuk kedalam kehidupannya. Kemudian, memberikan jiwa itu sebuah pilihan. 

Aku selalu terngiang dengan pertanyaan Pica. Bagaimana tepatnya cara setan menggoda manusia? Apakah dengan membisiki agar kita tidak sholat? Tidak mengaji? Lupa membaca doa? Lalu kemudian masuk menguasai separuh diri kita? Atau sebenarnya, kitalah yang membiarkan aura hitam itu masuk. Karena kita tak bisa mengontrol setitik sifat jahat yang muncul pada diri kita. 

Setan, memanfaatkan hal itu. Rasa iri, dengki, nafsu, haus penerimaan, obsesi, rasa benci. Setitik saja. Itu sudah sangat cukup untuk dikembangkan. 

Nanno bukanlah setan, bukan pula Iblis. She just Girl From Nowhere. Dia seperti iblis peneliti yang sedang mencari tau..

“Betapa lucunya sifat manusia sebenarnya”

“Betapa akalnya terlihat seakan sangat hebat. Tetapi nafsunya menggebu-gebu di dalamnya.”

“Inikah makhluk yang diciptakan Tuhan? Yang katanya bisa lebih mulia dibandingkan Malaikat, tetapi bisa lebih rendah dibanding binatang?”

Mengintip Karakter Jahat Manusia yang Terpendam dalam Episode Serial Girl From No Where

Cerita Girl From Nowhere ini menurutku cukup unik. Ada 13 episode dalam season 1. Ceritanya selalu dimulai dengan karakter Nanno yang berpindah-pindah sekolah dalam setiap episodenya. Berikut adalah beberapa ringkasan judul episode yang sangat aku ingat:

1. The Ugly Truth

Apakah kau yakin bahwa orang yang selama ini kau kagumi adalah orang yang baik? Atau sebenarnya hanya berpura-pura baik agar mendapatkan ‘mangsa yang lezat’

Seorang Guru di sekolah sekaligus mentor Yoga merupakan Guru yang disukai oleh murid-muridnya, khususnya murid perempuan. Karena wajahnya yang tampan dan perawakannya yang gentle. Nanno pun bereksplorasi di sekolah tersebut. Mengikuti kelas Yoga seperti murid biasa. Tanpa menggoda sang Guru, Nanno mencoba mengungkapkan topeng jahat sang Guru yang sebenarnya. Lantas tertawa saat semua orang mengetahuinya. Yup, Guru itu memperkosa beberapa anak muridnya lantas merekam adegannya sebagai pemerasan. 

“Tak semua manusia baik itu baik, sebagian hanya berpura-pura baik agar bisa lebih jahat”

2. Apologies

Nanno menjadi murid baru paling cantik di sekolah kedua yang ia datangi. Kecantikannya mengundang ketertarikan dari 3 personil tim basket. Namun, membuat iri 2 teman perempuannya. Nanno tidak menggoda keduanya. Tapi keduanya larut dalam rasa iri dan benci. Sementara 3 lelaki yang menyukainya memanfaatkan itu. 

Dalam sebuah pesta minuman, Nanno dimanfaatkan. Lantas ada kejadian tak terduga yang membuat Nanno meninggal_di mata para manusia itu. 

“Manusia membuat kesalahan, lalu meminta maaf. Lalu berbuat kesalahan lagi. Sungguh lucu..”

3. Social Love

Kali ini Nanno masuk ke dalam sekolah dimana dia memacari seorang lelaki yang populer disana. Hubungan mereka menjadi sorotan di sosial media. Mereka memiliki fans dengan ribuan follower. Tetapi, sang lelaki hanya memanfaatkan Nanno untuk popularitasnya. 

Nanno memanfaatkan kebohongan lelaki itu. Lewat berbagai tragedi, dia meyakinkan lelaki itu bahwa kebohongannya akan terjadi selamanya. 

“Manusia senang sekali dengan popularitas. Tidak peduli itu bohong atau palsu yang penting adalah citranya tidak hilang”

4. Hi-So

Nanno masuk kedalam sekolah elite. Dimana didalamnya hanya ada murid-murid kaya. Sebagai murid terkaya ia bisa membeli sebuah kelas dan menjalankan usaha didalamnya. 

Usaha yang simple bagi setan. “Aku akan mengabulkan APAPUN keinginanmu asalkan ada bayarannya.”

Nanno memanfaatkan rasa penasaran dari teman-temannya akan kehidupan Dino yang konon merupakan anak terkaya. Dino yang selama ini berbohong terjebak dalam realita ketika ia harus mengambil uang kedua orang tuanya yang miskin. 

“Kupikir, orang miskin memiliki hal yang tidak bisa kubeli. Ternyata, segalanya bisa dibeli dengan uang di dunia manusia. Termasuk sebuah jati diri.”

5. Trap

Apa jadinya kalau ada narapidana yang kabur dan memasuki sekolah kemudian membunuh siapapun disana? 

Sekelompok siswa dan guru pun terjebak didalam satu kelas. Nanno termasuk didalamnya. Ia memperhatikan hal menarik.. 

“Bahwa manusia akan memperlihatkan sisi asli dirinya ketika ia merasa terancam..”

Lucunya.. “Manusia-manusia ini, menurunkan sifat asli itu pada keturunannya. Termasuk sifat jeleknya.”

6. WonderWall

Nanno menjadi partner manager tim sepak bola di sekolah kali ini. Ia berusaha berteman dengan Bam. Namun, karena rasa iri Bam membenci Nanno. 

Karena kesal, Bam lalu menulis hal iseng di dalam dinding toilet sekolahnya. 

Dasar Nanno Wajah Bau

Ternyata segala hal yang ia tulis di dinding toilet tersebut menjadi kenyataan. Anehnya, tulisan impian yang indah tak pernah terwujud. Hanya tulisan kebencian saja yang akan terwujud. Ia menjadi ketagihan untuk mengutuk orang yang ia benci. 

“Ketika manusia lemah diberikan sebuah kekuatan.. Ternyata ia sama menyebalkannya dengan manusia lainnya. Kebencian memang luar biasa.”

7. The Rank

Episode yg sangat related dengan kehidupan. Bahwa kita kadang terobsesi pada sebuah persaingan. Keinginan untuk menang. 

Kali ini Nanno menjadi murid baru di sekolah khusus perempuan yang menilai muridnya dari kecantikannya. Bahkan setiap hari ada aplikasi khusus yang bisa mengurutkan kadar kecantikan siswinya. Siswi yang masuk dalam 10 besar tercantik akan mendapatkan pelayanan khusus. 

Nanno memanfaatkan obsesi dari putri kesepuluh untuk menjadi putri nomor 1. Mencoba menerka-nerka hati putri yang terlihat baik hati namun penuh kepalsuan, lantas berbisik

“Ada dua cara untuk bisa menjadi nomor 1 didunia ini. Pertama, berusaha menjadi yang terbaik. Kedua, jatuhkan orang lain.”

8. Best Friends Forever

Nanno tidak hanya bisa menjadi murid baru di masa sekarang. Namun juga di setiap masa. 

Saat reuni sekolah diadakan, Nanno hadir masih dalam seragam sekolahnya. Menyiapkan hidangan untuk para teman reuni. Siapa sangka Nanno juga merupakan teman satu angkatan mereka? 

Nanno adalah Teman yang mereka bully habis-habisan. 

Nanno menjadi objek kebencian bagi semua teman di kelasnya hingga dipukul dan dikeroyok. Yah, setidaknya dalam kasus penutupnya ini. Nanno tau satu hal bahwa.. 

“Untuk menjadi best friends forever, kadang sekelompok orang membutuhkan satu hal yang sama. Sekalipun persamaan itu adalah kesenangan dalam membenci hingga membully seseorang. Membenci seseorang bersama-sama itu menyenangkan bukan?”

Lantas, Benarkah Musuh Kita Selama Ini adalah Setan? 

“Manusia selalu berdoa agar setan menjauh dari kehidupannya. Agar ia bisa beribadah dengan khusyuk. Agar ia bisa menjadi orang baik. Tetapi ia lupa.. Bahwa sifat jahat itu, berasal dari nafsu. Nafsu adalah hal yang Tuhan ciptakan. Tugas manusia, adalah mengontrol nafsu. Bukan menyalahkan setan atas sifat jahatnya.”

Bahkan dalam suatu cerita, setan pernah ditanya.. “Kenapa kau selalu menggoda manusia?”

Setan menjawab, “Aku tidak menggodanya. Dia yang memilihnya sendiri. Apakah kau punya bukti bahwa aku benar-benar menggodanya? Aku hanya memberikannya pilihan. Memakan buah atau tidak. Taat atau tidak..”

Manusia lahir, membawa genetik sifat ibu dan ayahnya. Mewarisi akar budaya kakek dan neneknya. Terdampar pada suatu lingkungan. Bercampur, berbaur. Itulah yang membuat sifat manusia berubah. Akal dan nafsu, berlomba-lomba memperlihatkan eksistensinya. Tapi pada dasarnya manusia lupa hal itu. Mereka hanya tau bahwa didunia ini mereka harus survive. Mereka harus berlomba. Dan mereka dituntut untuk menang, senang, bahagia. Segala hal itu telah mengikis sebuah perasaan penting. Yang paling penting. Kalian tau apa itu? 

Itu adalah Empati. 

Pembelajaran dalam Film Girl From No Where ke-1: Manusia Harus Punya Empati

Segala karakter manusia yang ‘digoda’ oleh Nanno selalu berusaha ia hadapkan pada pilihan untuk ‘memedulikan manusia yang lain’ tapi obyek manusia yang ia eksplorasi tak pernah memilih hal itu. Padahal, Nanno selalu menggoda untuk memilihnya.

Dunia ini, miskin rasa toleransi dan empati. Padahal, Tuhan sudah merancang rasa sosial dalam diri manusia. Tapi seiring berjalan waktu, rasa itu berubah wujud menjadi kesenjangan. 

Entah sejak kapan manusia senang mengelompokkan diri, lantas hanya peduli pada circle yang itu-itu saja. Tidak jarang menjatuhkan yang lain untuk bertahan. Bahkan, menjatuhkan yang lain hanya untuk kesenangan. 

I tell u.. Kalau tidak paham inti dari film serial ini pastinya kita akan berpikir bahwa film ini toxic. Kayak, ehm apa sih mencari-cari sisi gelap manusia. Tapi, sesungguhnya film ini lebih dari itu. Film ini memberikan gambaran kepada kita bahwa kita harus waspada dengan sekeliling kita. Bukan dengan orang jahat. Apalagi dengan orang yang terlihat jahat. Mungkin bahasa lainnya adalah membongkar kemunafikan sifat asli manusia. 

Pembelajaran dalam Film Girl From No Where ke-2: Manusia Harus Waspada dengan Manusia Lainnya

Jujur, saat SMA dulu aku sangat kebingungan dengan istilah ‘homo homini lupus’ atau dalam terjemahannya yaitu:

“Manusia adalah serigala bagi sesama manusianya”

Dijelaskan guru berbolak balik pun aku masih bingung. Terasa aneh. Bahkan saat ulangan, jujur saja aku sangat text book. Demi tidak memahami dan menjiwai apa artinya. Seperti apa sih contohnya pikirku. Peperangan begitu? Perebutan tahta begitu? 

Ternyata tidak serumit itu. 

“Diantara sesama manusia, ada serigala yang kejam.”

Aku memahami arti serigala itu ketika duduk di bangku kuliah. Aku semakin memahaminya ketika sudah menjadi ibu. Betapa sesungguhnya, siapapun berpotensi menjadi serigala itu. Bahkan, tidak dipungkiri bahwa diri sendiripun bisa saja menjadi serigala tersebut. 

Terjebak dalam momwar, aku pernah sekali melakukan kesalahan. Menerkam perasaan yang lain. Hanya untuk memuaskan dahaga rasa kesalku. Membiarkan rasa iri dan merasa ketidakadilan memimpin atas tindakanku. Padahal, tidak ada Nanno disana. 

Well, pada akhirnya sebagai manusia kita hanya bisa menjaga satu hal. Jagalah hati kita sendiri. 

Jagalah hati, jangan kau kotori

Jagalah hati, lentera hidup ini

Jagalah hati, jangan kau nodai

Jagalah hati, cahaya ilahi

*dari ngereview film serial sampai menyanyi.. Sungguh artikel yang tidak jelas.. Semoga tidak dibaca setengah-setengah lalu misunderstanding.. 😂🤣

Iyakan, manusia itu makhluk yang lucu ~ Nanno. 

Jadi, 2020 Ngapain Aja?

Jadi, 2020 Ngapain Aja?

Kalau ditanya sepanjang perjalanan ngeblog kayaknya tahun 2020 adalah tahun terpasif aku dalam ngeblog. 

I mean, see.. Dalam satu bulan bahkan ada saja yang cuma nulis 1-2 tulisan. Bulan desember bahkan hampir zonk. Bukan, ini bukan semata-mata karena pandemi. Ada hal lain disamping itu yang butuh perhatian lagi. 

Kadang bertanya lagi pada diri sendiri, kok gini amat ya? Pemalas kah diriku? Tapi, saat aku melihat seisi rumahku.. Suami dan 2 anakku sendiri hingga kantor kecil kami. Aku tersenyum dan berkata. Its okay. Mereka mungkin tidak melihat perkembanganmu dari blog. Tapi sebenarnya, aku berkembang dengan cara yang lain di tahun ini. 

Couse this year.. 2020 is so special. 

Guilty Feeling di Tahun 2020

Entah kenapa aku sering merasa bersalah dengan tahun ini. Sering sekali. Dan maaf aku menuliskannya disini. Bukan apa-apa. Ini semata-mata untuk mengingatkan kepada diriku sendiri. Bahwa, “Win, kamu jangan begini lagi ya. Setidaknya berubahlah sedikit.. “

Tahun ini aku membuat amat banyak kesalahan. Dari mulai parno berlebihan kepada si virus, ngomel-ngomel nyampah dan khilaf sendiri, lalu kemudian terjatuh hingga menyebabkan jahitan di bibir hingga gigi seri yang patah dibagian ujung. Dan terakhir, gigi Humaira mengikuti nasib yang sama. Bahkan hampir nyaris ompong sekarang. 

Semuanya terjadi karena 2 sifatku yang tidak bisa move on. Sifat jelek pertama adalah panik, sedang yang kedua adalah takut dan meledak-ledak. Dua sifat ini berkembang hampir dua kali lipat sejak pandemi menyerang. Aku jadi sulit untuk multitasking seperti pada hari-hari normal. Akibatnya sungguh banyak hal yang terbengkalai. Untukku sendiri aku masih bisa memaafkannya. Tapi ketika sifat jelek itu sudah berimbas ke anakku. Entah kenapa sulit sekali menghilangkan rasa bersalah itu. 

Perkembangan Positif di tahun 2020

Ditengah musibah kecil namun menyisakan perasaan bersalah yang besar itu, jujur aku dan keluarga sangat bersyukur di tahun 2020 ini ternyata kami bisa sedemikian survive. Bahkan lebih. 

Aku sempat memenangkan beberapa lomba blog. Beberapa job dan hadiah dari lomba blog bisa untuk membeli HP dan sepeda sendiri. Mungkin ini receh buat kalian. Tapi buatku ini luar biasa. 

Dan hal yang membuatku sangat bersyukur lagi adalah perkembangan bisnis keluarga kami. Dari yang awalnya hanya berupa CV kecil, namun kini sudah bisa mempekerjakan 4 pegawai tetap dan berkembang menjadi sebuah PT. Ditengah pandemi, kami bersyukur bisa membantu ‘anak-anak berbakat’ yang telah kehilangan pekerjaannya. 

Aku pun memiliki status baru selain menjadi blogger, yaitu belajar menjadi CEO. Itulah kenapa kemarin aku bersemangat sekali menulis review drama start up kemarin. Setidaknya aku merasa terwakili dengan keadaan Dal Mi. Tapi sungguh duhai Dal Mi.. Menjadi CEO dengan status emak-emak itu melelahkan. Aku bahkan masih sering bertanya-tanya. Apa aku ini hanyalah emak-emak yang bersembunyi dalam status CEO atau sebaliknya. 🤧 

Sungguh untuk kembali menulis dan menjadi blogger normal adalah Peer untukku. Karena yah.. Seseorang pernah berkata padaku, “Untuk bisa mencapai tujuan dalam mimpimu, kadang kamu harus menurunkan standar mimpi yang lain.”

Efeknya, shezahome.com sedikit berdebu. Sangat disayangkan. Tapi entah kenapa, aku ingin memulai sesuatu yang baru. Bukan tentang shezahome dan rutinitas emak-emak saja. Aku ingin aktivitas baru. Yang lebih membuatku bersemangat. 

Welcome 2021

Dan tahun 2021 pun tiba. Malam ini, petasan bersahut-sahutan di telingaku. Menggerakkan jempolku untuk merunut ceklis. Namun, aku masih tidak tau apa tepatnya hal yang harus kutulis. Lamunanku jatuh pada berita yang tak sengaja muncul di beranda sosial mediaku. Mutasi virus jenis baru katanya. Dan sungguh aku semakin stuck jika memikirkan kapan ini akan berakhir, kapan anakku bisa berteman dengan normal, kapan hidupku bisa kembali kurengkuh, dan kapan inspirasi seperti dulu tak sungkan untuk berteman dengan jari-jariku.

Aku masuk ke dalam kantor kecil di rumahku. Berdiskusi hangat dengan suami. Merangkai mimpi-mimpi baru kami. Bukan untuk sekedar mengumpulkan hal receh yang dulu sering kami tengkarkan. Kami melihat ke kursi-kursi itu. Ada beban disana. 

“Dulu, kupikir pekerjaan paling gampang di dunia itu adalah menjadi bos. Ternyata, itu adalah pekerjaan paling susah di dunia. Rejeki orang lain bergantung pada kita. Semangat orang lain bergantung pada kita. Ketika kita terjatuh maka mereka ikut terjatuh pula.”

Mimpi itu pun perlahan kami ulas. Kami sudah tidak peduli dengan pandemi. I mean, apa yang bisa kami pedulikan saat ini? Memupuk rasa takut? Atau mulai move on dan memajukan ekonomi sekitar kami agar kami waras dan sehat bersama? 

Kami memilih yang terakhir. Untuk berpikir luas dengan cara kami. Bahwa ini bukan sekedar mimpi kami saja. Ini adalah mimpi semuanya. Mimpi orang terdekat kami, hingga mimpi sebuah obsesi yang dulu sering kami sundul mundur keinginannya untuk eksis. Obsesi itu dulu sangatlah mustahil, tapi tahun 2020 membuka semuanya. Dan 2021 adalah tahun awal perjalanannya. 

2020, 2021. Aku bukan lagi seorang blogger yang bersemangat menulis apa saja. Writing is not a healing anymore.

Aku mencoba move on dengan cara yang lain. Itulah langkah abstrack-ku di awal 2021.

Ketika Pandemi Corona Mengaburkan Mimpi Kami

Ketika Pandemi Corona Mengaburkan Mimpi Kami

Yes, absolutely.. Can we uninstall it and install again?

Virus Corona Ini Bukan Mimpi

Kadang aku terbangun di pagi hari. Berharap kepanikan kemarin hanyalah sebuah mimpi. Karena mimpiku memang biasanya se-ngaco itu.

Tentang alien yang menjajah bumi..
Tentang astronot yang nyasar ke rumah mencari kentang..
Tentang kucing yang bisa berbicara..
Tentang orang-orang yang mendadak berwarna ungu semua..
Tentang virus? Ayolah.. Ini bukan hal yang baru. Mimpiku memang selalu sengaco dan terlihat senyata itu.

Tapi ketika aku terbangun. Semua itu nyata adanya.

Korban positif yang mencapai angka ribuan itu nyata..
Farisha yang diliburkan sekolah entah sampai kapan itu nyata..
Bahkan sekarung beras ini juga nyata. Aku membelinya kemarin karena didesak oleh panic buying karena melihat india yang sudah lockdown..
Kami yang terkurung di rumah saja ini nyata.

Desinfektan itu nyata. Kegiatanku yang selalu menyemprotkan barang dari luar rumah dengan desinfektan itu nyata.
Bayclin yang habis dimana-mana itu nyata adanya.

Ya Tuhan, kenapa ini nyata? Bagaimana nasib kami selanjutnya? Bagaimana dunia ini menghadapinya? Bagaimana indonesia menghadapinya?

Menghadapi Kenyataan dengan Corona

“2 pasien positif corona ada di Jakarta”

Wacana itu membuat hatiku langsung sedih sekaligus seram. Virus itu sudah ada di negeriku. Di Ibu Kota. Daerah mana saja yang sudah dilalui penderitanya? Akankan ia menyebar hingga kesini? Ke banjarmasin?

Aku berusaha tenang sejak pengumuman itu diberitakan. Setiap hari aku mendengar pasien positif selalu bertambah. Tapi aku berusaha tidak panik. Status PDP dan ODP di banjarmasin belum menunjukkan status positif.

Hingga suatu hari…

“Satu pasien di banjarmasin dinyatakan positif corona..”

Disitulah pikiranku mendadak terasa panik. Terlebih ketika mengetahui bahwa daerah penderita sekitar 5 km dari tempat tinggalku. Pikiranku langsung berjalan mengira-ngira daerah mana saja yang mungkin sudah dilakui oleh pasien positif itu.

Untung saja pemerintah sudah meliburkan sekolah sejak seminggu yang lalu sebelum ada kabar pasien positif tersebut. Langkah yang terbilang cukup cepat sebelum virus ini meluas. Paling tidak, kami bisa merasa aman dan nyaman #dirumahsaja untuk sementara ini. Belajar dari Jakarta, kami berusaha untuk selalu di rumah saja, kecuali ada keperluan yang benar-benar penting.

Alhamdulillah, suamiku yang berprofesi sebagai dosen juga diliburkan. Ia malah merasa nyaman sekali karena bisa bebas mengerjakan deadline journal theme dan aplikasi. Suamiku berprofesi luaran sebagai programmer. Sehingga Work From Home adalah hal yang diimpikannya.

Inilah keluarga kecil kami. Kami semua dirumah saja. Tidak ada yang merasa bosan atau tidak nyaman. Suamiku, Farisha dan Humaira selalu tertawa setiap hari.

Tinggallah aku dipojokan. Menonton berita, menyimak sosial media, memantau kondisi covid 19 di daerahku.. Dan perlahan-lahan rasa panik mulai menjalar ke otakku.

YES, IM PANIC.

Hal-hal gila otak melankolisku mulai melakukan segala yang berlebihan di mata keluargaku. Bagi mereka aku seperti OCD. Tapi bagiku sendiri ini adalah WASPADA.

Aku menyemprot semua rumah dengan desinfektan. Seluruh lantainya juga. Kalau dalam sehari aku ketinggalan melakukan semuanya maka aku tidak bisa tidur. Apalagi, sehari-hari masih saja pegawai suami bekerja. Belum lagi beberapa keluarganya yang suka datang.

Dimata suami, mereka yang datang adalah rekan bisnis.

Dimataku, mereka yang datang harus diwaspadai. Kadang otakku berpikir ingin menyemprot mereka memakai desinfektan. Tapi kenyataannya hanya senyum manis yang pura-pura aku lukiskan.hahaha..

Perlu komunikasi.. komunikasi lagi dan lagi dalam memutuskan adab keluar masuk rumah ini. Suamiku yang cenderung bersikap santai selalu menganggapku berlebihan dalam memandang virus. Sampai suatu hari aku memperlihatkan keadaan negara Italia. Barulah ia paham dan mengerti dengan hantu yang selama ini mengisi ketakutanku. And Finally.. Kita setuju untuk aturan keluar masuk rumah ini.

“Yaa.. Kalau sayang enggak mau aku tiap hari nyemprot desinfektan ke seluruh rumah.. Maka yang masuk rumah saja yang harus di bersihkan. Supaya aku enggak cemas..”

Begitulah akhirnya kami memulai kesepakatan untuk mengurangi kadar panik yang ada dalam diriku.

Ya.. Kita harus menghadapi virus dengan ikhtiar yang realistis bukan? Bukankan begitu yang dinamakan insan yang beriman?

Mimpi yang Kabur di 2020 Akibat Virus Corona

“Sudah satu bulan ini enggak ada yang pesan thema.. Duh, padahal gajih karyawan jalan terus”

“Kenapa kira-kira ya pah?”

“Ya karena pandemi corona ini.. Klienku yang dari italia juga curhat masalah ini kemarin..”

Mendengar keluhan suami, aku jadi merasa kasihan. Aku tahu betul bagaimana kerasnya dia membangun usahanya hingga demikian besar.

Well.. Sepertinya aku tidak pernah bercerita ya? Tentang usaha suamiku yang baru?

Kami memiliki CV. Namanya CV share system. Buah dari hobi suamiku yang senang membuat program dengan aplikasi dan web. Yah begitu begitu deh. Akupun juga tidak begitu mengerti dengan yang ia kerjakan. Karena terus terang saja aku sangat gaptek. hahaha.. Blog ini juga buatan dari suamiku btw.

Nah, CV kami memiliki usaha baru yang setahun belakangan ini berkembang pesat. Suamiku mengelola Open Journal Theme (OJT) yang awalnya usaha ini hanya iseng saja. Ternyata akhirnya memiliki banyak pasar. Hingga, tahun 2014 ini suami memutuskan ingin serius menjalani bisnisnya dengan membangun kantor di samping rumah hingga mempekerjakan pegawai. Dia benar-benar serius dengan bisnis ini. Dan akupun sangat mendukungnya.

Kami sudah memiliki 2 karyawan tetap yang berprofesi sebagai programmer. Yang artinya, untung tidak untung.. Akan selalu ada biaya yang keluar setiap bulan. Belum lagi biaya operasional yang bertambah. Sebutlah itu biaya listrik, bpjs, administrasi dsb. Sungguh awal yang tidak mudah untuk pebisnis pemula seperti kami.

Tahun 2020 adalah tahun awal bisnis kami dimulai. Kami memiliki banyak mimpi untuk ini. Banyak.

Dan ketika pandemi corona tiba, satu-persatu masalah datang. Dari project besar yang mungkin cancel hingga pesanan tema yang menurun drastis dibanding tahun kemarin. Ditengah krisis ini, ditengah Work From Home, kami dilanda ketakutan dan kepanikan. Itu nyata adanya.

Kami harus mengakui bahwa mimpi-mimpi di tahun 2020 ini menjadi kabur. Corona telah membuat segala aspek kehidupan berubah. Baik secara ekonomi maupun psikologi.

Itu kenyataannya.

Mengais Mimpi yang Kabur, Kita Harus Bertahan Bersama ditengah Pandemi Corona

Menerima kenyataan. Itulah yang harus kami lakukan sekarang.

Menunda sebagian mimpi itu. Lantas bergerak pada hal yang jauh lebih penting.

Apa itu?

SURVIVE!

Tahun 2020 ternyata bukanlah tahun untuk meluaskan mimpi usaha kami, melainkan tahun untuk evaluasi diri dan bertahan bersama.

Kami termasuk keluarga yang beruntung. Disaat yang lain kesulitan dalam hal keuangan untuk Work From Home, kami masih memiliki tabungan untuk diri sendiri dan berbagi. Dan mungkin tahun ini adalah tahun dimana daya empati kami diuji.

Ada salah seorang janda yang rumahnya digadaikan ke bank, janda tersebut dekat dengan keluarga kami. Suami meminta izin padaku untuk menggunakan sebagian tabungan kami untuk membantunya. Bagaimana perasaanku? Aku speechless. Serius.

Ada perasaan bersalah yang tiba-tiba mampir begitu saja. Sebulan yang lalu aku sempat bertengkar hebat dengan suami perkara keuangan. Aku berpikir, suamiku sedikit zholim padaku. Suamiku tidak mau mengerti dengan pengeluaran darurat. Tetapi lihatlah sisi ini. Betapa empatinya tergerak untuk membantu yang lebih berhak. Seketika, aku merasa malu dan tersentuh. Ada air hangat yang turun begitu saja diujung mataku. Aku bangga sekali memiliki suami yang peduli pada sekitar.

Suamiku juga berkata padaku bahwa.. Mungkin, tabungan kami akan habis di tahun ini. Orang tuanya butuh bantuan, saudaranya juga, pegawainya, si ini, si itu. But, i’m fine. Selama ia selalu jujur dan segala keperluan itu untuk hal yang baik maka aku selalu mendukung. Kadang saat begini aku merasa sangat malu dulu sempat marah-marah padanya.

“Kita tidak boleh hanya survive sendirian. Kita harus membuat orang disekeliling kita juga survive.. Mungkin inti dari 2020 adalah tentang menguji daya empati kita..”

Seketika, kami merasa syukur itu tumbuh begitu saja. Ada rasa kepercayaan diri yang kuat bahwa kami pasti bisa melewati pandemi ini dengan baik. Kecemasan itu luntur seketika. Panik itu kehilangan tujuannya.

Berita bertambahnya pasien positif corona setiap harinya membuat kami merasakan ketakutan pada hal yang seharusnya. Bahwa hidup ini sungguh hanya sementara. Hal yang bisa kita lakukan hanyalah berikhtiar kuat dan terus membantu sesama.

Dan kadang rasa syukur itu tumbuh pada ketakutan semacam ini. Lihatlah kami yang selalu bersama setiap hari di rumah. Tanpa disadari, Tuhan telah menciptakan rasa cinta yang besar ditengah ketakutan ini. Kami semakin menghargai satu sama lain. Kami akhirnya paham akan arti kebersamaan dan cinta.

Stay at home memberikan banyak pembelajaran. Tahun 2020 bukanlah akhir dari cerita kami. Ini adalah awal dimana kami mulai membangkitkan rasa empati. Tuhan, izinkan kami hidup lebih lama lagi. Kami masih ingin memeluk orang tua kami tanpa takut tertular maupun menularkan.

I Hope Corona Virus will be end before Ramadhan comes. Amen

30 Maret 2020

Seorang Ibu yang merindukan orang tuanya, tetapi tau diri untuk tidak pulang kampung

Pembelajaran Berharga dari Film Kim Ji Young dan Joker

Pembelajaran Berharga dari Film Kim Ji Young dan Joker

Please jangan bilang basi..

Emang ya film ini udah basi sih buat dibahas. Tapi gimana ya.. Mamak baru nonton karena baru aja dapet download’annya. Jadi, jangan bilang basi dulu ya. Karena banyak yang bersileweran di otak emak ketika baru nonton film ini.

Konon, film ini banyak kontroversinya. Apalagi Joker, banyak para psikolog kondang yang bilang, “Jangan nonton Joker.. Nanti tambah sakitnya.. Bla bla.. “

Lah.. Aku ketika denger begitu.. Bukannya tambah takut nonton film joker.. Malah tambah penasaran.. Hahaha

Atau film Kim Ji Young yang konon banyak emak-emak pada baper nonton filmnya. Dan disisi lain banyak juga yang bilang, “Jangan nonton Kim Ji Young.. Nanti ikutan gak merasa bersyukur bla bla.. “

Kan kan.. Aku malah makin penasaran. Gimana bapernya sih kehidupan Kim Ji Young.. Haha

Terus, kenapa aku bikin satu blog post untuk membahas dua film sekaligus? Karena eh karena.. Tulisan ini bukan untuk ngereview film, tapi untuk pengingat diri aja. Bahwa banyak pembelajaran berharga setelah nonton film nyesek begini dua hari berturut-turut.

Jadi buat yang pada protes karena nyari review filmnya disini.. Silahkan back halaman ini dan scrool lagi kebawah plus jangan salahin om google. (Gaya si emak, kek tulisan dia bakal page 1 aja.. Biasanya juga jaoooh.. Hahaha)

Nah, ada beberapa hal yang aku pelajari setelah nonton 2 film ini. Dan hal itu diantaranya adalah..

1. Kim Ji Young: Post Partum Depresion dapat terjadi pada Siapa saja..

Sebagai mantan penderita PPD, yang dulu sempat ngamuk-ngamuk plus nangis-nangis sendiri saat membesarkan anak sendirian dibawah ekonomi rumah tangga yang dalam fase pembangunan plus di bawah mamak-mamak perfeksionis yang suka nyinyir sama kehidupan aku.. aku penasaran dengan penyebab PPD yang diderita oleh Kim Ji Young.

Apakah kehidupan ekonominya separah aku?

Apakah komunikasinya dengan suami separah aku? Cobaan pernikahannya separah aku?

Apakah innerchildnya separah aku?

Apakah Lingkungannya separah aku?

Ternyataaaa… Zonk semua. Hahaha..

Bahkan, aku jujur saja bahwa diawal-awal aku nonton Kim Ji Young ini.. Aku sempat julid dengannya. Julid banget malah. Tapi kutahan-tahan sambil berusaha berempati.

Bagaimana tidak? Jujur kehidupan rumput hijau Kim Ji Young itu sempat membuatku merasa iri.

Pertama, dia punya suami yang super pengertian. Kedua, dia bisa menitipkan anaknya di day care. Ketiga, please.. Dia punya sosial life yang berempati sama kondisinya. Keempat, mamaknya buk.. Subhanallah.. Menolong banget sama dia. Kelima, kehidupan ekonominya baik-baik saja.. Sudah punya rumah sendiri dan bahkan mobil sendiri. Sungguh, ingin ku julid dan iri hati saat melihat itu semua. Tapi kutahan-tahan.. Saat melihat orang seperti ini, hati kotorku kadang ingin berteriak, “Hei.. Kamu kurang bersyukur Kim Ji Young..”

Tapi, aku masih berusaha berempati. Bahkan saat mamak-mamak lain pada nangis nonton film ini.. Aku masih berusaha reframing dengan keadaan Kim Ji Young. Dan aku berhasil reframing saat adegan Kim Ji Young  ingin bekerja dan ditelpon marah-marah sama mertuanya. Sungguh, saat adegan itu.. Luka lamaku terasa terbuka lagi. Aku teringat dengan kisah lamaku dengan mertua dahulu. Bagaimana sulit ketika lingkungan patriarki bertentangan dengan ideologiku dan bagaimana aku berdamai dengan semua itu.

Baca juga: “Kenapa aku harus membenci mertuaku?”

Baca juga: “Tentang Penerimaan menjadi Ibu Rumah Tangga”

Pada adegan itu.. Disitulah mamak akhirnya ikutan nangis gaes.. 

Bedanya, mamak gak ada yang melukin waktu itu gaes.. Malah kiri kanan pada menghakimi. Ya ya ya.. Mamak sudah terbiasa dengan kata-kata “kamu kurang bersyukur.. ” Sehingga.. Saat mamak ingin mengatakan itu kepada rumput hijau tetangga.. Mamak selalu menahannya karena berpikir ulang, “Siapalah aku yang hanya tahu sepersekian persen dari kehidupan seseorang.. “

Dan saat melihat Kim Ji Young plus Support System yang dia miliki.. Aku akhirnya bisa berdamai melihat Rumput Hijau itu. Kemudian berkata, “Ternyata, Post Partum Depresion bisa terjadi pada siapa saja..”

Enggak peduli seberapa banyak support system yang seseorang miliki..

Enggak peduli seberapa sayangnya suami plus Ibu Kim Ji Young..

Kalau orang sudah terkena Post Partum Depresion. Maka yang harus kita lakukan adalah menerima bahwa PPD is Real.

Bukan masalah kurang bersyukur atau tidak. Ini lebih daripada itu saja.

Bahwa, kondisi psikologis orang itu tidak sama. Begitu pula biologisnya.

Ibaratnya, orang berkulit tebal yang terjatuh.. Akan berbeda dengan orang berkulit tipis yang terjatuh. Dalamnya luka mereka sangat berbeda.

Post Partum Depression, dapat diderita oleh siapa saja. Bahkan, oleh Ibu yang terlihat baik-baik saja di sekitar kita. Ibu yang tersenyum saat melihat anaknya di luar sana. Ibu yang terlihat cantik dan biasa-biasa saja. Kita tidak tahu apa yang mereka lalui didalam kehidupannya. So.. Stop bilang bahwa Post Partum Depresion itu diawali oleh “kurang bersyukur” Apalagi “kurang beriman”

2. Joker: Don’t Judge People.. Just Emphaty

Sulit memang untuk tidak men-judge orang-orang spesial ini.

Joker yang selalu tertawa..

Kim Ji Young yang selalu menangis..

Mereka dengan kondisi spesialnya. Yang bukanlah cacat secara biologis. Tapi cacat secara psikologis. Dan itu sulit.. Karena semua sakit itu tidak terlihat secara fisik.

Beda cerita ketika kita melihat orang yang tidak punya tangan, orang yang tidak bisa melihat.. Orang yang tidak bisa berjalan. Maka, Emphaty kita akan tumbuh tanpa bertanya.

Bahkan, saat ramai-ramainya film joker.. Ramai pula sebuah meme bahwa ‘Nabi Muhammad disakiti berkali-kali tapi tetap berbuat baik..’ seolah-olah meme itu diciptakan untuk menyangkal perbuatan joker. But.. Menurutku Itu adalah Toxic Positively. Terutama, untuk penderita mental Illness.

Sesungguhnya, aku pernah bertanya didalam hati. Siapakah tokoh yang diciptakan oleh penulis Batman terlebih dahulu? Apakah Batman? Atau Joker? Apakah penulis membuat pahlawan terlebih dahulu? Atau ‘masalah’ terlebih dahulu? Ah, entahlah..

Dari film joker, aku sungguh banyak belajar tentang Mental Illness. Bahwa penyebab dari mental illness ada 3, yaitu secara Biologis, Psikologis dan Lingkungan. Joker? Dia menerima 3 faktor itu dengan sempurna. Jika aku sulit reframing dengan keadaan Kim Ji Young.. Maka, saat menonton film joker.. Aku tidaklah menangis lagi.. Tapi nyesek, sambil mikir.. Kok ada orang yang hidupnya sebegitu ngenes? Oh, syukurlah ini hanya fiksi.

Tapi, serius..

Dari nonton film joker ini aku belajar untuk memahami kondisi para mental illness.

Tentang Narsistic Disorder yang diderita Penny.

Tentang Skizofrenia.. Dsb..

Para penderita Mental illness membutuhkan obat spesial untuk mengobati penyakitnya. Dan ia membutuhkan lingkungan yang support dengan keadaannya.

Terus, apa yang harus kita lakukan saat bertemu dengan para penderita mental illness? Yang suka ketawa-ketawa melulu.. Yang dikit-dikit nangis melulu.. Yang kalau mereka curhat.. Malah bikin toxic.

Jawabannya.. PURA-PURA SAJA BEREMPATI.

Jujur ya, andai makhluk kayak Kim Ji Young ini berada di lingkunganku.. Pasti dia akan terkena penghakiman demi penghakiman yang tiada habisnya.

Something like, “Eh please deh.. Suami lo tuh udah mapan.. Lo kerjaan nangis-nangis gak jelas. Mau kerja apa? Gajih lo juga gak bakal cukup.. Bla bla.. “

Or something like, “Lo tuh kurang apa sih? Tuh anak juga bisa dititipin. Lo juga bisa ketemu sama temen-temen.. Coba nih guweeh.. Gue jadi upik abu aja di rumah sepanjang hari sama 5 anak gue yang kecil-kecil.. “

Please.. Jangan teruskan penghakiman demi penghakiman diatas. Itu menular. Serius. Aku pernah mengalaminya. Aku bahkan juga pernah tidak sengaja menjadi pelaku mom shaming gara-gara rantai ‘judge’ yang tidak ada habisnya ini.

DENGARKAN SAJA keluhan demi keluhan yang disampaikan oleh orang yang jiwanya tersakiti ini. Jika tidak bisa mendengarkan dengan baik maka PURA-PURA MENDENGARKAN SAJA. Sungguh, itu sangatlah cukup.

Syukur-syukur kalau emphati kita yang berawal dari pura-pura saja itu dapat berbuah senyuman dari mereka. Bagi penderita mental illness.. Lingkungan yang tidak Toxic Positively itu menentramkan jiwa mereka. Mereka membutuhkan Emphaty dan obat.

3. Berekspresilah secara baik, karena ekspresi yang ditahan dan meledak itu sangat tidak baik

Jujur, aku telah menghadapi orang dengan Mental illness berkali-kali.

Aku punya salah seorang keluarga yang terkena skizofrenia. Dan aku sendiri adalah mantan penderita PPD. So, i know Mental illness so well.

Ada satu hal yang aku garis bawahi sebagai penyebab mental illness yang utama. Dan hal itu adalah selalu menahan ekspresi.

Sedih.. Ditahan..

Marah.. Ditahan..

Sabar katanya.. Sabar katanya..

Kenyataannya, sabar itu tidak bisa restok begitu saja. Ada proses cinta dalam menciptakan kesabaran. Apabila proses cinta itu zonk.. Maka sabar itu mencapai batasnya. Dan akan keluar ekspresi yang berbeda untuk pertahanan psikologis seseorang.. Something like.. Sedih.. Marah.. Bahkan benci.

Ekspresi itu.. Tidak bisa selalu ditahan jika tidak diimbangi dengan cinta. Jika selalu ditahan plus ditambah dengan lingkungan yang negatif maka ia akan menjadi bom yang dapat meledak kapan saja. Maka, jika stok cinta sedang sekarat.. Sangat perlu untuk menyalurkan ekspresi negatif itu.

Sebagian orang ‘normal’ akan menyalurkannya dengan elegan. Salah satu hal yang paling efektif adalah dengan melakukan hal yang paling disenangi. Itu sih ya.. Orang normal yang punya penyaluran  yang tepat.

Bagi orang dengan kondisi ‘spesial’ maka sangat penting untuk menuangkan ekspresi ini dengan cara yang spesial pula.

Aku punya beberapa teman yang menuangkan ekspresi negatifnya dengan berolah raga. Berlari, meninju, hingga yoga. Dan itu memang efektif. Aku juga punya teman yang suka berteriak-teriak dilapangan lepas dan sunyi jika emosi, ada pula yang berkaraoke ria. Tapi, tidak semua orang punya waktu spesial untuk itu. Terutama, untuk emak-emak rempong yang tidak punya support system.

(Eh, jangan ditanya kenapa aku punya banyak teman yang aneh-aneh. Itu karena aku punya kepribadian melankolis plegmatis yang dapat berempati plus baper berlebihan sehingga memang kadang virus negatif suka hinggap dari teman.. )

Dalam kasus Kim Ji Young, ia menemukan solusi dalam berekspresi dengan menulis. Aku rasa, inilah hal paling simple dan elegan yang bisa dilakukan oleh para Ibu Rumah Tangga ketika dalam keadaan stress. So.. Jangan judge Para Ibu-ibu yang hobi update status dan menulis. Walau tulisannya jelek sekalipun. Bisa saja.. Itu adalah healing version miliknya.

Dalam kasus Joker, ia mencoba mencari kesenangan dengan menjadi pelawak. Ya.. Semua orang perlu berekspresi. Termasuk penderita Mental Illness. Biarkan saja mereka. Jangan ganggu kehidupan mereka. Karena, ekspresi yang ditahan dan meledak itu justru berbahaya. Seperti halnya yang dilakukan joker dengan membunuh.. Kim Ji Young yang tidak diobati segera pun mungkin saja berakhir demikian jika ia tidak menemukan solusi dengan menulis.

So.. Mak emak narsis dengan selfie-selfie..

Mak emak nulis status sesuka hati..

Mak emak tetiba pakai lipstik gonjreng..

Biarin aja mah.. Hidup ya hidup diaa..

Bukan cuma mak emak.. Semua orang juga.. Single juga.. Just enjoy your life dan berekspresilah secara baik. Selama itu tidak menyakiti hati orang lain.. Kenapa tidak?

Ekspresi itu menyembuhkan hati yang terluka. Kita tidak tau, dengan ekspresi itu.. Orang-orang ini akan berbuat kebaikan untuk orang yang disayanginya.

Biarkan saja ekspresi itu, sampai ekspresi itu membuahkan empati dari orang yang disayanginya. Kemudian akan muncul cinta. Saat cinta itu muncul.. Maka ekspresi akan berubah menjadi positif. Dan itu semua perlu proses.

Orang-orang dengan Mental Illness ini memang toxic sekali ekspresinya. Dikit-dikit ngeluh.. Dikit-dikit nangis. Kita? Kalau tidak suka dengan semua itu gampang sekali solusinya. Tinggal unfollow, mute, hide. Toh, kita juga bukan psikolog yang bisa selalu menjadi tempat sampah bukan?

Biarkan saja orang berekspresi. Karena ekspresi yang ditahan itu tidak baik. Trust me.. Selama ekspresi itu tidak berbahaya.. Maka biarkan saja.. Biarkan hingga orang yang ia sayangi menyadarkan dan memeluknya.

4. Pertahanan Spiritual itu Penting Banget

Well, jika ada yang bertanya.. Apa yang menyembuhkanku dari PPD dahulu? Maka pertahanan spiritual adalah salah satunya.

Selain dengan membebaskan ekspresi, pertahanan spiritual dengan berdoa dan menangis sesuka hatiku adalah hal terbaik yang bisa aku lakukan.

Aku memang bukan orang verbal. Yang bisa merangkai kata dalam berdoa. Suaraku bahkan punya 5 versi berbeda. Karena itu aku lebih suka menangis dan menulis.

Curhat dengan Sang Pencipta adalah solusi terbaik.

Jangan ditanya kapan waktunya. Kadang aku bahkan tidak meluangkan waktu khusus. Ada panggilan di malam hari tapi malah aku abaikan karena kelelahan mengasuh bayi. Tapi, percaya saja.. Allah ada di mana-mana.

Saat memeluk bayi dan meminta maaf padanya maka ucapkanlah kata itu.

Astaghfirullah hal aziiim.. Menangislah sejadi-jadinya. Sesungguhnya, itu adalah doa.

Allah memahami bahwa itu adalah rintihan untuknya. Maka, ucapkanlah doa itu di dalam hati. Tulislah di selembar kertas barang sejenak.

Itu tidak instan mengobati memang. Tidak seampuh obat. Tapi itu.. Cukup menenangkan..

Dan pertahanan tipe ini.. Tidak dimiliki oleh Kim Ji Young maupun Joker.. Juga oleh April dalam Film Revolutionary Road.

Kita punya modal dalam menciptakan kesembuhan Mental Illness. Dan salah satunya adalah Iman. Konon, iman memang tidak dapat menggantikan cinta.

Tapi, iman dapat memanggil cinta.

Begitulah pergerakan syukur yang benar. Penderita mental illness bukanlah orang yang kurang bersyukur. Mereka hanya orang biasa yang butuh ruang untuk mengeluh.. Dan mereka sedang belajar untuk mengeluarkannya dengan cara yang benar. Bukankah mengeluh adalah tahap awal cara kita belajar arti syukur?

Yah, demikian curcol emak tentang 2 film ini. Banyak bukan pelajaran yang bisa diambil? Setiap film punya pesan positif tersendiri, tergantung dari mana sudut pandang kita memahaminya.

Tapi, memang betul kata psikolog kondang itu. Jika sedang terkena mental illness atau baru sembuh dari mental illness atau yaaa.. Kondisi spesial lainnya.. Lebih baik untuk tidak menonton film ini. Karena luka lama akan teriris pada bagian yang tidak kita sadari. So, berani nonton 2 film ini? Yakinkan dulu bahwa Anda benar-benar dalam kondisi positif dan nyaman. 🙂





IBX598B146B8E64A